Krisis Iklim dan Peran Perguruan Tinggi Islam

Oleh Irham Yuwanamu, Unisma Bekasi

Perubahan Iklim yang Merugikan

Saat ini iklim tidak hanya di Indonesia namun di dunia makin tidak menentu. Dampak dari iklim yang tidak menentu ini membuat kita semua makin tidak nyaman. Suhu bumi semakin panas yang dapat memicu terjadinya kebakaran hutan, meningkatnya kasus penyakit yang terkait dengan panas, atau peningkatan risiko kesehatan lainnya. Meningkatnya suhu ini juga memicu munculnya badai distruktif, peningkatan kekeringan, habitat laut terancam terganggu, satu juta spisies lautan dan daratan juga terancam punah, penurunan produktifitas di sektor pertanian, peternakan dan perikanan yang dapat mengakibatkan krisis makanan. Dampak lanjutannya adalah peningkatan kemiskinan dan perubahan perilaku manusia. Jadi perubahan iklim ini dampaknya beruntun mulai dari kerusakan alam sekitar hingga kelangsungan hidup manusia yang makin tidak menyenangkan.

Berdasarkan situs Perserikatan Bangsa-Bangsa Indonesia, yang disiarkan pada Maret tahun 2022 selain dampak yang sudah dijelaskan di atas, bahwa dekade tahun 2011-2020 merupakan dekade terpanas dibanding dekade sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa sekarang ini merupakan perubahan iklim yang ekstrem, suhu pemanasan bumi tercepat dalam sejarah kehidupan. Dekade berikutnya bisa jadi makin parah atau bisa jadi menurun tergantung perilaku manusia untuk mengatasi perubahan iklim.

Lebih lanjut perubahan iklim yang seterusnya dapat dikatakan sebagai krisis iklim disebabkan banyak hal. Penyebab utamanya yang jelas adalah emisi gas rumah kaca yang menyelimuti bumi dan memerangkap panas matahari. Ini merupakan penyebab hukum alam yang alamiah. Namun hukum alam ini bukan tanpa sebab, melainkan ada sebab ulah tangan manusia.

Sebab peningkatan emisi global adalah akibat ulah tangan manusia, seperti penggunaan energi listrik dan panas yang terbuat dari bahan fosil yang dibakar, seperti batu bara, minyak dan gas. Hanya seperempat energi listrik global yang memanfaatkan energi alamiah yang tidak mengeluarkan emisi yaitu angin, tenaga matahari atau air. Sebab lainnya yaitu meningkatnya polusi yang dihasilkan akibat manufaktur barang dan industri yang masih menggunakan energi fosil. Semakin banyak industri semakin banyak emisi yang dihasilkan. Selain itu karena penebangan hutan yang makin luas, dan tidak diimbangi dengan reboisasi. Makin berkurangnya pohon, makin banyak emisi yang tidak terserap sebab pohon dapat menyerap karbon dioksida.  Penggunaan alat transportasi yang berbahan bakar fosil, meningkatnya segala konsumsi manusia yang membutuhkan energi fosil, dan gaya hidup manusia juga penyumbang emisi. Gaya hidup seperti makanan, sampah yang dibuang, barang elektronik yang digunakan dan lainnya, merupakan sumbangan  manusia yang mungkin tidak disadari.

Cara mengatasi krisis iklim    

Perubahan iklim ke arah yang lebih baik harus segera dilakukan supaya kondisi alam tidak makin terpuruk. Alam yang makin terpuruk akan membuat kehidupan manusia juga terpuruk. Mungkin saja kita yang hidup saat ini masih bisa menyiasati hidup agar tetap nyaman, namun apakah generasi kita berikutnya akan mampu? Semakin rusak lingkungan alam, sumber daya alam semakin berkurang dan dampaknya adalah kehidupan manusia. Artinya dampak negatif perubahan iklim ini merupakan dampak saat ini yang dapat dirasakan dalam kehidupan manusia dan generasi masa mendatang.

Strategi mengatasi perubahan iklim dapat dilakukan dengan berbagai ragam cara. Namun strategi dapat disederhanakan menjadi dua yakni strategi besar melalui kebijakan-kebijakan pemerintah/ negara. Ini merupakan strategi dari atas (top down) untuk mengurangi gas emisi dan mengubah perilaku manusia. Strategi berikutnya yakni dapat disebut dengan strategi kecil yang sumbernya dari perubahan gaya hidup manusia.  Strategi ini dapat diperankan oleh lembaga pendidikan dan inisiasi masyarakat.

Secara individu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim adalah, hemat energi di rumah, menggunakan transportasi umum, makan makanan nabati, mengurangi sisa makanan untuk dibuang, mengubah sumber energi di rumah, beralih pada kendaraan listrik, dan memilih produk yang ramah lingkungan. Dalam hal ini mengatasi iklim yang ekstrem melalui kehidupan dari rumah tangga perlu digalakkan.      

Peran Perguruan Tinggi Islam

Perlu disadari bahwa mengatasi perubahan iklim bukanlah upaya sementara, melainkan harus dilakukan berkelanjutan dari waktu ke waktu, generasi ke generasi. Upaya ini sangat efektif melalui lembaga pendidikan, termasuk lembaga pendidikan tinggi perlu ambil bagian. Lembaga Pendidikan Tinggi Islam tidak boleh lepas tanggung jawab atas permasalahan perubahan iklim yang melanda dunia saat ini. Setidaknya ada dua argumentasi yang dapat dijadikan landasan filosofis. Pertama adalah Pendidikan Islam merupakan bagian lembaga pendidikan pada umumnya untuk membentuk kepribadian manusia dan juga menumbuh-kembangkan potensinya, termasuk membangun peradaban dan kebudayaan dunia. Corak kebudayaan dan peradaban masa depan tergantung corak pendidikan masa kini. Perubahan lingkungan hidup ke arah yang lebih baik tergantung pada paradigma pendidikan dalam melihat lingkungan hidup.

Argumentasi yang kedua adalah Pendidikan Islam tidak terlepas dari norma-norma serta etika Islam. Ada beberapa ajaran Islam yang bersumber langsung dari al-Quran agar manusia menjaga lingkungan supaya tidak rusak. Norma-norma ini perlu dijelaskan di sini untuk mengingatkan kita semua kalau umat Islam memiliki tanggung jawab mutlak menjaga dan membangun lingkungan hidup yang lebih baik.

Q.S. al-Rum ayat 41 telah menunjukkan sangat jelas bahwa kerusakan alam semesta, baik daratan maupun lautan, termasuk udara dan lainnya merupakan ulah manusia. Dengan kerusakan alam yang terjadi pada dasarnya manusialah yang harus bertanggung jawab dan akan merasakah dampak negatifnya. Ayat ini jika kita pamahi ingin memberikan kesadaran kepada umat manusia, bahwa kerusakan alam ada hubungan dengan apa yang dilakukan oleh manusia dan berefek pada keberlanjutan hidup mereka. Oleh karenanya, pesan dibaliknya adalah manusia janganlah merusak alam, manusia semestinya merawat dan menjaganya agar kehidupannya tetap nyaman.

Alam semesta merupakan fasilitas dari Tuhan untuk kelangsungan hidup manusia. Jika ayat di atas menegaskan agar manusia menjaganya, bukan merusaknya, maka Q.S. al-Hijr ayat 19 dan 20 menegaskan bahwa Allah menciptakan alam untuk fasilitas manusia. Secara tekstual ayat ini dapat dipahami bahwa bumi, gunung-gunung dan tetumbuhan yang ada yang diciptakan oleh Allah merupakan fasilitas untuk kelangsungan hidup, dan memenuhi kebutuhannya. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa manusia diperbolehkan memanfaatkan alam semesta untuk kepentingannya, namun tidak boleh mengeksploitasi dengan tidak bertanggung jawab yang akhirnya berdampak pada kerusakannya. Di sini manusia diingatkan, bahwa jangan hanya menikmati pemberianNya namun juga menjaganya (amanah). Ayat al-Quran maupun hadist Nabi yang menjelaskan terkait dengan ini, tentu masih banyak, kedua ayat di atas cukup mewakilinya untuk menyatakan bahwa Islam mengajarkan manusia untuk mencintai lingkungan hidup.

Dalam bidang fikih juga ada bab yang secara khusus membahas tentang lingkungan hidup, ini yang disebut dengan fiqh al-biah (fikih lingkungan). Banyak bab yang dibahasnya, yang jelas manusia tidak dapat hidup sendiri dan memiliki hubungan dengan lingkungan. Alam semesta merupakan kehidupan yang juga perlu diperhatikan, hukumnya wajib.

Manusia memiliki tiga hubungan yang harus dijaga dengan baik. Ketiga hubungan itu yakni, hubungan kepada Tuhan, kemudian hubungan kepada sesama manusia serta hubungan kepada lingkungan alam. Lingkungan alam ini mulai dari air, udara, tumbuhan, hewan, gunung, sungai, lautan, planet-planet dan lainnya, selain manusia dan Tuhan. Keseimbangan tiga hubungan ini akan membuat kehidupan manusia tetap harmonis. Fikih lingkungan membekali manusia agar menjaga hubungan baik dengan alam semesta, dan lingkungan sekitar. Dengan demikian, lingkungan sehat, kita dan anak cucu kita akan sehat, kita dapat meminum air bersih, menghirup udara sehat, bukan menghirup polusi.

Argumen normatif tersebutlah yang mestinya menjadi pendorong kuat Lembaga Pendidikan Islam/ Perguruan Tinggi Islam ikut bertanggung jawab mengatasi masalah krisis iklim; kerusakan lingkungan hidup, polusi udara yang makin ekstrem dan lainnya. Lembaga Pendidikan Islam lepas tanggung jawab atas hal itu, sungguh ironi, pendidikan Islam menjadi gelap.

Upaya yang dapat diperankan oleh lembaga perguruan tinggi Islam untuk mengatasi perubahan iklim atau krisis iklm, tentu banyak. Strategi pertama yang dapat dilakukan melalui kurikulum kampus. Boleh jadi mengintegrasikan materi krisis iklim ke dalam mata kuliah yang relevan, termasuk mata kuliah Pendidikan Agama Islam, atau bisa jadi ada mata kuliah tersendiri. Strategi kedua melalui ko kurikulum atau kurikulum ekstra, misalnya ada program-program tersendiri yang secara khusus untuk tujuan ini dan semua mahasiswa wajib mengambil program. Tentu banyak cara yang dapat dilakukan akan hal ini, yang jelas perguruan tinggi Islam harus bergerak. Insan cendekia akan ikut berdoasa jika tidak ikut menyuarakan ini. Keselamatan dunia juga tanggung jawab Kampus Islam.     

Artikel ini telah diterbitkan oleh Bulletin al-Fattah Vol.12, No.2 bulan Desember Tahun 2023, bisa dilihat di sini. 


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.