Adab dan Kesuksesan Bagi Para Pelajar

Related image

Oleh: Sunarwan, Pengasuh MIN 2 Kota Madiun

Dalam surah Al-Muzzammil pada ayat 1-7 ada seruan kepada para pendidik dan peserta didik untuk menggunakan waktu sebaik mungkin (waktu: ibadah, belajar, mengajar, dan kegiatan lainnya) agar efektif dan efisien.

Pada ayat 1-7 dalam surah Al-Muzzammil dijelaskan yang artinya “Hai orang yang bersimut; Bangunlah untuk sholat malam hari; seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit; atau lebih dari serdua itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu secara perlahan-lahan; Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu itu lebih berkesan; sesungguhnya kamu di siang hari mempunyai urusan yang panjang.”

Suryani menulis diantara adab seorang peserta didik adalah:

  1. Menuntut ilmu karena Allah (HR. Abu Daud).
  2. Respon Terhadap Majlis Ilmu (HR. Bukhari).(Suryani, 2012:57-58).

Sedangkan Syaikh Az-Zarnuji merinci kiat sukses dan adab-adab bagi seorang pelajar-peserta didik-dalam menuntut ilmu adalah sebagai berikut:

  1. Mengetahui hakekat dan keutamaan ilmu.
  2. Berniat dengan benar saat menuntut ilmu.
  3. Memilih ilmu,guru, sahabat dan teguh dalam berilmu.
  4. Menghormati ilmu dan ahli ilmu.
  5. Kesungguhan, tidak putus asa, dan bercita-cita mulia.
  6. Mengetahui langkah awal dalam menuntut ilmu, ukuran, dan tata cara belajar.
  7. Tawakal.
  8. Ketika belajar tau cara untuk menghilangkan kejenuhan.
  9. Selalu mengambil ibrah/pelajaran.
  10. Senantiasa wara’ (berhati-hati) dalam hal makanan dan sikap.
  11. Mengetahui sebab-sebab hafal dan lupa.
  12. Mengetahui hal-hal yang mendatangkan dan menjauhkan rizki, yang menambah dan memendekkan umur.
  13. Mengetahui hadis-hadis tentang keutamaan ilmu. (Zarnuji dalam Ghazali,1994).

Hal yang rinci dapat kita peroleh dalam kitab Adabul ‘Alim wa Al-Muta’alim yang diterjemahkan oleh Muhammad Kholil dengan judul Etika Pendidikan Islam, Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari menyebutkan setidaknya ada 10 (sepuluh) etika bagi penuntut ilmu sebagai berikut:

  1. Sebelum proses mencari ilmu harus membersihkan hati dari segala penyakit hati (kebohongan,prasangka buruk,hasut (dengki),dan kahlak tidak terpuji lainnya).
  2. Membangun niat yang luhur, yaitu mencari ilmu semata-mata karena Allah SWT.
  3. Menyegerakan diri dan tidak menunda-nunda waktu dalam mencari ilmu pengetahuan.
  4. Rela, sabar, dan menerima keterbatasan (keprihatinan) dalam masa-masa mencari ilmu, baik menyangkut makanan, pakaian, dan lain sebagainya.
  5. Membagi dan memanfaatkan waktu serta tidak menyia-nyiakannya.
  6. Tidak berlebihan (terlampau kenyang) dalam mengkonsumsi makanan dan minuman.
  7. Bersikap wara’ (waspada) dan berhati-hati dalam setiap tindakan.
  8. Tidak mengkonsumsi jenis-jenis makanan yang dapat menyebabkan akal (kecerdasan) seseorang menjadi tumpul (bodoh) serta melemahkan kekuatan organ-organ tubuh (panca indera).
  9. Tidak terlalu lama tidur yakni selama itu tidak membawa dampak negatif bagi kesehatan jasmani maupun rohaninya.
  10. Menjauhkan diri dai pergaulan yang tidak baik. Lebih-lebih dengan lawan jenis. (Hasyim Asy’ari dalam Kholil, 2007: 21-26).

Lebih lanjut Syaikh Hasyim Asy’ari menjelaskan setidaknya ada 12 (dua belas) etika bagi pelajar-peserta didik- terhada pendidik/guru, yaitu:

  1. Dalam memilih figur seorang guru, seorang pelajar hendaknya mempertimbangkan terlebih dahulu dengan memohon petunjuk kepada Allah SWT tentang siapa orang yang dianggap paling baik untuk menjadi gurunya dalam menimba ilmu pengetahuan dan yang bisa membimbing terhadap akhlak yang mulia.
  2. Bersungguh-sungguh (berusaha keras) dalam mencari seorang guru yang diyakini memiliki pemahaman ilmu-ilmu syari’at (agama Islam) yang mendalam serta diakui keahliannya oleh guru-guru yang lain.
  3. Seorang pelajar hendaknya patuh pada gurunya serta tidak membelot dari pendapat (perintah dan anjuran-anjurannya).
  4. Memiliki pandangan yang mulia terhadap guru serta meyakini akan derajat kesempurnaan gurunya.
  5. Mengerti hak-hak seorang guru serta tidak melupakan keutamaan-keutamaan dan jasa-jasanya.
  6. Bersabar atas kerasnya sikap atau perilaku yang kurang menyenangkan dari seorang guru.
  7. Meminta izin terlebih adahulu setiap kali hendak memasuki ruangan pribadi guru, baik ketika guru sedang sendirian ataupun saat ia bersama orang lain.
  8. Apabila seorang pelajar duduk dihadapan guru, hendaknya ia duduk dengan penuh sopan santun.
  9. Berbicara dengan baik dan sopan dihadapan guru.
  10. Ketika seorang murid (pelajar) mendengarkan gurunya tengah menjelaskan suatu keterangan, hikmat (ungkapan/peribahasa), hikayat (serita), ataupun syair yang telah ia ketahui sebelumnya, ia hendaknya menyimak dengan baik seolah-olah ia sama sekali belum pernah mendengarnya sama sekali.
  11. Tidak mendahului seorang guru dalam menjelaskan suatu persoalan atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa lain.
  12. Jika seorang guru memberikan sesuatu (berupa guru/kitab atau bacaan) agar si murid (peserta didik. Pen) membacakannya di hadapan guru, ia hendaknya meraihnya dengan menggunakannya tangan kanan kemudian memegangnya dengan kedua belah tangan. (Hasyim Asy’ari dalam Kholil,2007: 27-40).

Kemudian Hadratus Syaikh menuliskan 13 (tiga belas) etika bagi para pelajar pada saat belajar sebagai berikut:

  1. Sebelum mempelajari ilmu-ilmu yang lain, hendaknya mempelajari 4 (empat) macam ilmu yang hukumnya fardhu ‘ain (kewajiban personal) terlebih dahulu. Pertama, ilmu tentang zat ‘Aliyah (pengetahuan tentang Allah SWT). Kedua,ilmu sifat (pengetahuan tentang sifat-sifat Allah SWT). Ketiga,ilmu fiqh (pengetahuan tentang ibadah dan hukum-hukum Allah SWT. Keempat, ilmu yang berkaitan dengan ahwal (perilaku), maqamat (tahap-tahap ketaatan/penghayatan dalam beribadah kepada Allah SWT, dan masalah-masalah nafsiyyah (spiritual).
  2. Mempelajari kitab suci al-Qur’an.
  3. Khusus untuk pelajar pemula, hendaknya ia menjauhi pembahasan-pembahasan yang didalamnya banyak terdapat pertentangan (khilafiyat) di kalangan ulama, karena hal itu akan membingungkan pikirannya.
  4. Apabila ia mempunyai niat menghafalkan suatu teks/bacaan, sebaiknya ia melakukan tashih (memastikan kebenaran teks tersebut) terlebih dahulu kepada salah seorang guru atau orang yang lebih memahami bacaan tersebut.
  5. Tidak menunda-nunda waktu dalam mempelajari setiap cabang ilmu pengetahuan, lebih-lebih pengetahuan tentang hadits Rasulullah SAW.
  6. Apabila ia telah benar-benar menguasai pembahasan-pembahasan yang ringan/mudah, hendaknya ia melanjutkannya dengan pembahasan-pembahasan yang lebih kompleks, luas, dan terinci.
  7. Aktif (tekun) menghadiri halaqah (pengajian/kuliah) yang disampaikan oleh guru.
  8. Mengucapkan salam kepada jama’ah (peserta pengajian/kuliah) setiap kali memasuki halaqah (ruang kuliah/pengajian).
  9. Tidak menanyakan kepada guru hal-hal yang tidak patut ditanyakan atau tidak pada tempatnya (tidak relevan) untuk ditanyakan.
  10. Bersabar menunggu giliran dalam bertanya (kepada guru) ketika banyak orang lain yang juga akan bertanya.
  11. Duduk dengan sopan santun dihadapan guru.
  12. Tekun (bersungguh-sungguh) serta kontinyu (istiqamah) dalam mempelajari setiap kitab (pembahasan), dan tidak tergesa-gesa pindah ke pembahasan lain sebelum ia benar-benar mampu memahami dengan baik.
  13. Membantu (mendukung) keberhasilan teman-teman sesama pelajar dalam meraih ilmu pengetahuan, memberi petunjuk (nasihat) kepada mereka ihwal pentingnya menyibukkan diri dalam meraih faedah (kebaikan/kemanfaatan), meringankan kesusahan mereka, mempermudah mereka dalam menggapai anugerah (prestasi), serta saling memberikan nasihat dan peringatan (anjuran) (Hasyim Asy’ari dalam Kholil, 2007: 45-58).

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.