NILAI-NILAI KEHIDUPAN YANG TERKANDUNG DALAM TUNJUK AJAR MELAYU KARYA TENAS EFFENDY SEBAGAI WARISAN BUDAYA DUNIA

Foto Khairul Azan.

Oleh Khairul Azan, dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis.

Indonesia sebagai negara yang kaya akan ragam budaya yang tersebar di seluruh nusantara. Keragaman budaya tersebut sebagai simpul pengikat antar umat beragama dan suku dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika yang menjadikan Indoseia sebagai salah Negara yang kuat dan layak untuk diperhitungkan dimata dunia. Salah satunya adalah Riau sebagai daerah yang memberikan kontribusi besar dalam pembangunan bangsa yang bermartabat.

Sebagai warga Riau kita patut berbangga hati dengan dikukuhkannya 11 Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Riau oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan baru-baru ini sebagai Budaya Indonesia dan akan diusulkan ke UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Sebelas budaya yang dimaksud di antaranya yaitu: Tunjuk ajar Melayu karya Almarhum Tenas Effendy, Sijobang "Buwong Gasiong", Silat, Zapin Api, Zapin Meskom, Manongkah, Perahu Beganduang Kuansing, Batobo, Rumah Lontiok, Selembayung Riau dan Onduo (www.riauterkni.com).

Budaya yang ada menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga dan melestarikannya. Di antara budaya tersebut yang menjadi fokus kajian penulis dalam hal ini adalah Tunjuk Ajar Melayu karya Almarhum Tenas Effendy sebagai karya yang fenomenal dikalangan masyarakat Riau khususnya dan Indonesia pada umumnya bahkan sampai kemanca negara.

Sebagai generasi muda tentunya menjaga dan melestarikannya yang bukan hanya sekedar tahu, tapi lebih dari itu adalah menginternalisasikan nilai-nilai dan makna yang terkadung di dalam Tunjuk Ajar Melayu tersebut sebagai pijakan dalam mengarungi kehidupan baik dari segi agama maupun sosial di masyarakat. Sebagaimana Tunjuk ajar Melayu dari sisi definisi adalah segala jenis petuah, petunjuk, nasihat, amanah, pengajaran, dan contoh teladan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam arti luas. Menurut orang tua Melayu, “Tunjuk Ajar Melayu adalah segala petuah, amanah, suri teladan, dan nasihat yang membawa manusia ke jalan yang lurus dan diridhoi Allah, yang berkahnya menyelamatkan manusia dalam kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat” (Tenas Effendy, 2006).

Menurut Tenas Effendy (2006) ada beberapa nilai yang terkandung di dalam Tunjuk ajar Melayu di antaranya adalah:

1. Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
Bagian ini menitik beratkan kepada hubungan manusia dengan Tuhannya. Bagaimana manusia kenal dengan penciptanya dengan cara mengamalkan Alqur’an dan hadist sebagai landasan. Bagi orang Melayu Islam adalah panutan. Sehingga segala nilai baik budaya maupun sosial harus merujuk kepada ajaran Islam sebagai pegangan. Ini pulalah yang menyebabkan jika orang Melayu keluar dari agama Islam, tinggallah hak dan kewajibannya sebagai orang Melayu. Orang yang keluar dari Islam tidak lagi dianggap sebagai orang Melayu. Sebagaimana dalam ungkapan adat dikatakan bahwa siapa meninggalkan syarak, maka ia meninggalkan Melayu, siapa memakai syarak, maka ia masuk Melayu atau bila tinggal syarak, maka gugurlah Melayunya.

2. Ketaatan kepada Ibu dan Bapak
Orang tua dulu mengatakan, siapa taat ke orang tuanya, di dunia selamat di akhirat pun mulia. Sebaliknya, barang siapa durhaka kepada ibu dan bapak, bukan saja disumpahi oleh masyarakat, tetapi akan disiksa diakhirat kelak. Kalimat ini menandakan bahwa orang melayu selalu menempatkan orang tua pada posisi yang tinggi yang harus dihormati oleh setiap anak, bukan sebaliknya. Itulah jati diri orang Melayu.

3. Ketaatan kepada Pemimpin
Dalam kehidupan manusia pasti kita dihadapkan dengan namanya pemimpin baik dalam sekala kecil seperti keluarga maupun sekala besar dalam hidup bernegara. Sebagaimana dalam ungkapan adat Melayu mengatakan, "bertuah rumah ada tuanya, bertuah negeri ada pucuknya elok kampung ada tuanya, elok negeri ada rajanya." Maksudnya tanpa pemimpin tidak akan tercipta kedamaian dan kerukunan. Hadirnya pemimpin untuk ditaati karena layaknya sebuah kapal pemimpin bagaikan nahoda yang akan menentukan kemana kapal akan dibawa. Namun meskipun demikian bukan berarti pemimpin tidak pernah salah dan tidak boleh dikritik dan diberikan saran. Ketika seorang pemimpin sudah melenceng dari syarak sebagai pegangan orang Melayu, maka sebaiknya diberikan nasehat untuk mengingatkan atas kehilapan.

4. Persatuan dan Kesatuan, Gotong Royong dan Tenggang Rasa
Beberapa unsur tersebut merupakan jati diri orang Melayu yang sangat dianjurkan. Apalagi dalam konteks sekarang beberapa unsur ini sangat relevan melihat kondisi Indonesia dengan keberagamannya sebagai kekuatan bangsa seolah-olah mulai terkoyakkan, dan jiwa gotong royong yang mulai punah dari kehidupan.

5. Keadilan dan Kebenaran.
Orang tua-tua Melayu menegaskan bahwa takut karena salah, berani karena benar. Kalimat tersebut mengandung makna bahwa yang benar ya benar, kalau salah ya salah. Bukan sebaliknya. Seperti penegakkan hukum harus pada jalur yang benar bukan tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Dalam prinsip orang Melayu keadilan dan kebenaran adalah tonggak utama dalam menegakkan tuah dan menjaga marwah, mengangkat harkat dan martabat, serta mendirikan daulat untuk mewujudkan kewibawaan. Hukum yang adil wajib ditegakkan demi terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera sebagaimana terdapat dalam sila ke lima dasar negara.

6. Keutamaan Menuntut Ilmu Pengetahuan
Ilmu dan pengatahun merupakan gerbang dalam sejarah peradaban dunia. Oleh karena itu bagi orang Melayu menuntut ilmu pengetahuan merupakan kewajiban. Namun ilmu yang dicari haruslah yang memberikan manfaat bukan hanya bagi diri sendiri melainkan bagi orang banyak. Ilmu yang diperoleh juga harus selaras dengan ajaran Islam, adat-istiadat dan nilai luhur yang sudah tertanam dalam kehidupan bermasyarakat.

7. Ikhlas dan Rela Berkorban
Orang Melayu selalu mengajarkan kesetiakawanan sosial yang membentuk tali persaudaraan. Dengan ikhlas dan rela berkorban segala perbuatan dan pekerjaan terasa mudah dilaksanakan meskipun tanpa imbalan. Segala sesuatu dilakukan hanya mengharap Ridho Allah SWT.

8. Kerja Keras, Rajin, dan Tekun
Bagian ini mengisyaratkan bahwa segala sesuatu tidak terlepas dari kerja keras, rajin dan tekun. Kesuksesan yang di dapat pasti dari proses yang dilakukan dalam menaiki tangga kehidupan. Tunjuk Ajar Melayu mengajarkan kepada manusia untuk menjadi pribadi yang tangguh dan tidak gampang menyerah.

9. Sikap Mandiri dan Percaya Diri
Sikap mandiri dan percaya diri menjadi bagian yang terpisahkan dalam diri orang Melayu. Sejogyanya orang Melayu tidak mau hanya berpangku tangan tanpa ada perbuatan dan tindakan yang dilakukan untuk mendapatkan apa yang diinginkan itulah jiwa orang Melayu. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Ar-rad ayat 11 yang artinya “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”. Disamping itu sebagai manusia kita juga dituntut memiliki prinsip dan selalu percaya diri dalam melakukan sesuatu selagi apa yang dilakukan bernilai positif.

10. Bertanam Budi dan Membalas Budi
Sebagai mahkluk sosial manusia pasti selalu berhubungan dengan orang lain. Saling berbagi dan bahu-membahu merupakan tugas manusia sebagai mahkluk yang tinggi drajatnya di sisi Tuhan dengan akal dan fikiran yang diberikan. Sehingga dalam berhubungan dengan orang lain dituntut selalu berbuat baik sesamanya dan tau membalas kebaikan orang lain. Dengan kata lain tidak menjadi kacang lupa akan kulitnya atau habis manis sepah dibuang. Disamping itu kalimat bertanam Budi dan Membalas Budi juga mengarah pada pengabdian seorang anak kepada orang tuanya.

11. Rasa Tanggung Jawab
Dalam mengharungi hidup dan kehidupan manusia dituntut menjadi pemimpin baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Kepemimpinan pada diri seseorang ditandai dengan rasa tanggung jawab yang muncul pada dirinya baik tanggungjawab sesama manusia (horizontal) dan tanggungjawab kepada tuhannya (vertikal) sebagai wujud penghambaan.

12. Sifat Malu
Rasa malu merupakan sifat yang menjadi pagar penghalang bagi manusia dalam melakukan hal-hal yang berbenturan dengan norma agama, hukum dan sosial. Ketika rasa malu sudah tidak ada, maka muncullah manusia-manusia yang berbuat semaunya dan melakukan kerusakan dimuka bumi seperti tidak ada lagi akal sehat dan hati nuraninya sudah terkalahkan oleh nafsu belaka. Oleh karena itu dalam Tunjuk Ajar Melayu manusia diajarkan untuk selalu mengedapankan rasa malu dan menebarkan nilai-nilai kebaikan.

13. Kasih Sayang
Sebagai mahkluk yang tinggi drajatnya dibandingkan mahkluk lainnya dengan dibekali akal sebagai kelebihan maka manusia selalu dintuntut menyebarkan kasih sayang antar sesama manusia dan hatinya sebagai filter jika ia salah dalam bertindak dan silap dalam berucap.

14. Hak dan Milik
Tunjuk Ajar Melayu mengajarkan kita tentang bagaimana menilai sesuatu sesuai pada jalurnya. Mana yang hak dan milik kita dan mana yang bukan hak dan milik kita. Sehingga kehadiran kita tidak merugikan orang lain. Sehingga jika ini diinternalisikan dalam kehidupan kita maka tidak akan ada lagi yang berani korupsi yang merupakan nama lain dari mengambil hak orang lain yang meraja lela seperti sekarang ini.

15. Musyawarah dan Mufakat
Orang Melayu selalu mengajarkan segala sesuatu perlu diselesaikan dengan musyawarah dan mufakat. Dengan musyawarah dan mufakat segala persoalan seberat apapun akan terasa mudah diselesaikan dan keputusan adalah keputusan bersama yang menguntungkan bagi seluruh masyarakat.

16. Keberanian
Prinsip ini merujuk pada jiwa yang selalu berani, sebagai kesatria, taat dan setia dalam memperjuangkan mana hak mana yang batil baik untuk kepentingan diri sendiri, keluarga dan hidup bernegara. Itulah prinsip orang Melayu. Orang tua dulu mengatakan “adat jantan berani, adat perempuan lembut hati”. Lebih lanjut orang tua-tua juga mengatakan “siapa yang berani ia terpuji dan siapa yang takut ia terhanyut, dan adat lelaki berani mati, adat perempuan membela kehormatan”.

17. Kejujuran
Sifat jujur selalu melekat dalam jiwa orang Melayu. Nilai kejujuran harus selalu dipegang teguh. Orang-orang tua mengatakan “siapa jujur, hidupnya mujur”. Disamping itu dalam penggelan kalimat kejujuran dalam Tunjuk Ajar Orang Melayu berbunyi “Apa tanda Melayu jati, Lurus dan Jujur sampai ke hati, Jujurnya tidak berbelah bagi, Hidupnya jujur sampailah mati, Lidahnya jujur hatinya suci, Jujur dimulut, lurus di hati, karena jujurnya maulah mati, Membela kebenaran berani mati”.

18. Hemat dan Cermat
Orang Melayu selalu mengajarkan bahwa hidup tidak boleh boros dan harus jauh dari pola hidup konsumtif seperti yang melanda bangsa kita pada saat ini. Pola hidup konsumtif mengarah pada gaya hidup yang berlebihan.

19. Sifat Rendah Hati
Rendah hati merupakan sifat terpuji yang ada dalam diri manusia dan ini melekat dalam diri orang Melayu sebagai jati diri. Sebagaimana kata “Melayu” itu sendiri berawal dari kata “Melayukan” yang artinya merendahkan hati, berlaku lemah lembut, dan ramah tamah. Orang tua dulu selalu mengatakan “adat melayu merendah selalu”, dan “siapa suka berlagak sombong, dadanya hampa kepalanya kosong”. Begitulah sejatinya orang Melayu yang jauh dari sifat sombong, angkuh. Kata rendah hati bagi orang Melayu bukan seorang pengecut melainkan cerminan dan kebesaran hati, dan menghormati orang lain. Bak kata pepatah orang yang rendah hati itu seperti padi yang semakin berisi semakin merunduk. Lebih lanjut sifat merendah hati juga tampak jelas dalam pepatah Melayu (Ahmad, 1964) yang berbunyi “Bercakap biar ke bawah-bawah, Mandi biar ke hilir-hilir, Jangan bawa sifat ayam jantan, Tapi bawalah sifat ayam betina, Kalau pergi ke rantau orang”.

20. Bersangka Baik Terhadap Sesama Makhluk
Orang Melayu selalu melihat dan menilai seorang dengan gabungan hati dan pikirannya sehingga selalu ber positif thinking bak bahasa orang sekarang. Berbaik sangka sesama manusia itulah yang harus dilakukan.

21. Sifat Perajuk
Selain beberapa sifat yang disebutkan pada bagian sebelumnya orang Melayu juga dikatakan sebagai perajuk, karena ketika tersinggung mereka suka menjauhkan diri atau di zaman Belanda orang Melayu sering disebut Melayu kopi daun sebagai bentuk penghinaan kepada orang Melayu. Namun pada aspek lain sebetulnya sifat perajuk seperti itu menunjukkan bahwa orang Melayu selalu bersikap tidak mau membesar-besarkan sesuatu yang akan berujung pada pertengkaran dan sejenisnya. Sehingga bisa dikatakan orang Melayu memiliki sifat selalu mengalah ketika itu berujung pada hal-hal yang negatif.

22. Sifat Tahu Diri
Tahu diri merupakan salah satu sifat orang Melayu di mana ia menyadari sepenuhnya bahwa ada hidup setelah mati (akhirat), dan hakikat hidup dan kehidupan di dunia, tahu siapa dirinya, tahu dari mana asalnya, tahu untuk apa hidup didunia dan kemana akhir hidupnya. Safat ini akan membentuk konsep diri sebagai manusia seutuhnya.
Inilah beberapa nilai yang terkandung dalam Tunjuk Ajar Melayu, semoga kita generasi penerus Bangsa menjadikannya filter terhadap arus budaya modernisasi yang kebablasan yang membuat seolah-olah kita tidak lagi memiliki jati diri sebagai bangsa yang kaya akan ragam budaya.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.