PENDIDIKAN VOKASI: Sebuah Ulasan Kritis

Image result for masalah pendidikan vokasi
Oleh Toto Rahardjo

Beberapa hari yang lalu saya diundang untuk mengikuti Rembug Nasional Pendidikan Vokasi di Pasca Sarjana UNDIP Semarang. Apa sih yang dimaksudkan vokasi. Umumnya dipahami Pendidikan vokasi adalah pendidikan yang menunjang pada penguasaan keahlian terapan tertentu, meliputi program pendidikan Diploma (diploma 1, diploma 2, diploma 3 dan diploma 4) yang setara dengan program pendidikan akademik strata 1. Lulusan pendidikan vokasi akan mendapatkan gelar vokasi.

Istilah vokasi nampaknya berasal dari bahasa Inggris, vocation, sama artinya dengan professional, vokasi digunakan
untuk menyebut pengelompokan sekolah kejuruan.

Kecuali saya dan teman saya, yang hadir sebagian besar Sekolah-sekolah kejuruan dan Politeknik. Tidak ada hal baru yang muncul karena yang dibahas soal-soal usang yang jelas-jelas sudah bangkrut namun masih ingin dipertahankan bahkan hendak dikembangkan. Pendidikan Vokasi hanya ganti judul, ternyata tidaklah jauh berbeda dengan yang pernah dilontarkan menteri Jaman ORBA Wardiman Djojonegoro mengintrodusir link and match (kesesuaian dan keterpaduan)  yakni sebuah strategi penyelenggaraan pendidikan yang memfokuskan perhatian pada tenaga siap pakai. 

Link and match program utama yang dijalankan oleh Wardiman semasa menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Konsep ini sendiri sebenarnya tidak lahir dari pemikiran Wardiman, tetapi diintrodusir dari pendidikan di Amerika Serikat. Prof. Karl Willenbrock, pakar pendidikan dari Harvard University Amerika Serikat, mengusulkan gagasan perusahaan menjadi “bapak angkat” bagi perguruan tinggi. Dalam pemikirannya, perusahaan tidak sekadar memberi tempat berlatih atau menyisihkan sebagian keuntungannya, tapi juga terlibat dalam pengembangan lembaga pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Dari gagasan inilah kemudian konsep link and match secara luas di dunia pendidikan.

Gagasan ini awalnya dari indikasi banyaknya lulusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan (lapangan kerja), dari aspek dan jenis keterampilan yang dibutuhkan. Dengan asumsi bahwa dunia pendidikan dan dunia kerja seringkali berjalan sendiri-sendiri.

Maka konsep link and match didasari kebutuhan tenaga kerja terampil, serta lulusan sekolah yang memiliki keterampilan yang memadai (sesuai). Karena disinyalir lembaga pendidikan selama kurun waktu sejak kemerdekaan belum mampu memenuhi tuntutan tersebut. 

Konsep link and match, dimasukkan sebagai terapi, untuk mengatasi persoalan tenaga kerja siap pakai. Maka dikembangkan kembali sekolah kejuruan dan disusul dengan serangkaian kerja sama Depdikbud dengan perusahaan-perusahaan serta instansi-instansi yang secara riil menikmati keuntungan, misalnya dalam hal menyediakan tempat untuk magang anak-anak sekolah.

Termasuk di dalam rangkaian upaya ini adalah merealisir 20 persen kurikulum lokal.Dengan kata lain, kebijakan link and match ini merupakan kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dikembangkan untuk menjawab kebutuhan pembangunan,  kebutuhan tenaga kerja, dunia usaha dan dunia industri.

Baik Link and match & Pendidikan Vokasi berorientasi pada industri, sebagian besar mereka yang hadir hampir tidak berfikir tentang Gerakan Pendidikan Vokasi, yakni bagaimana agar masyarakat mengembangkan pengetahuan maupun penguasaan teknologi yang cocok dengan sumberdaya setempat, serta sesuai dengan passion dalam kehidupan sehari-hari.

Vokasi--Sama dengan Link and Match, dari dulu tidak ada Link orientasi ke sumber daya setempat, manusia-manusia setempat yang potensial.

Pertanyaannya seberapa besar, seberapa kuat industri menampung tenaga kerja di seluruh Indonesia, Seberapa cepat sekolah-sekolah vokasi mampu mengikuti laju cepat perkembangan industri?

Lebih esensial lagi ada pertentangan prinsip dengan pendidikan itu sendiri yakni memerdekakan manusia dari ketertindasan--namun dilihat dari orientasinya baik yang link & match maupun Vokasi sama-sama menghantarkan para lulusannya untuk menjadi BURUH industri.

Sebuah Peringatan: inilah contoh bentuk pendidikan yang teramat kejam yang memberlakukan manusia untuk dimasukkan ke mesin cetak, dijadikan BURUH Upahan !!!
Sanggar Anak Alam Jogja Salam Yogya Orangtua Salam


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.