MENULISLAH KETIKA KITA TIDAK MAU MENULIS



Oleh Khairul Azan, dosen STAIN Bengkalis & Ketua GAMa Riau Kabupaten Bengkalis.
 
Menjadi penulis itu banyak rintangan dan hambatan yang seringkali membuat motivasi menulis menjadi menurun. Permasalahan ini bukan hanya dialami oleh penulis pemula saja tetapi juga tidak menutup kemungkinan ini bisa terjadi dikalangan penulis yang sudah senior sekalipun. Salah satu masalah atau rintangan paling mendasar adalah terjadinya kebuntuan dalam menulis atau dalam bahasa lainnya disebut writer’s block.

Kebuntuan terjadi karena seseorang mengalami hilang ide, kejenuhan dan tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menuliskannya. Kondisi ini bisa dilatarbelakangi oleh ketidak fokusan kita dalam mengembangkan sebuah pemikiran yang akan berdampak pada kesulitan dalam berargumentasi dan menyusun kata demi kata dalam sebuah tulisan yang enak dibaca.

Ketidakfokusan biasanya terjadi karena masalah pribadi yang sedang menekan dan kondisi lingkungan dari luar diri kita yang tidak bersahabat. Kodisi pribadi bisa saja disebabkan oleh masalah asmara, marah, sedih, dan lain-lain yang menyebabkan imajinasi melemah dan tidak bisa befikir apa-apa. Sementara itu kondisi dari luar diri kita bisa saja disebabkan lingkungan kerja yan tidak kondusif (brisik, dan lain-lain), lingkungan yang mencekam yang membuat sulitnya untuk berkreativitas serta masalah pribadi dengan orang lain.

Kondisi di atas merupakan bagian yang membuat kita hilang fokus sehingga menyebabkan sulit untuk merangkai kata dalam sebuah kalimat yang berujung pada kebuntuan dalam menulis. Efek negatifnya ketika ini terjadi maka akan menyebabkan kita tidak mau menulis lagi atau fakum. Lantas muncul pertanyaan apakah yang perlu seorang penulis lakukan ketika berhadapan dengan kondisi tersebut?. Jawabannya adalah menulislah ketika kita tidak mau menulis. Pasti jawaban tersebut membuat kebingunan diantara kita. Bagaimana kita bisa menulis sementara kita tidak tau apa yang hendak kita tulis. Ya betul sekali. Barangkali untuk menjawab pertanyaan ini kiranya penulis ingin mengajak para pembaca mencerna tip yang disampaikan oleh seorang blogger asal Amerika bernama Jeff Goins.

Jeff mengatakan bahwa kebuntuan (writer’s block) yang terjadi bagi seorang penulis bukanlah penghalang bagi seorang penulis untuk tetap menulis. Justru disaat-saat itulah sebenarnya seorang penulis ditantang untuk bisa memecahkan kebuntuan yang terjadi. Lebih lajut apa yang harus ditulis ketika itu terjadi? Tulislah kondisi itu. Tulislah bahwa kamu tidak tahu apa yang mesti kamu tulis. Bertanya-tanyalah dan tuliskan pertanyaan-pertanyaan itu berikut kemungkinan-kemungkinan jawabannya.

Demikianlah tip yang diberikan oleh Jeff Goins. Jika kita cerna pernyataan itu benar adanya. Karena dalam praktek menulis ketika kita hilang ide yang hendak dituangkan sebenarnya tidaklah hilang segala sumber daya lainnya dalam menulis. Kita masih punya tangan, pulpen, laptop, handphone hingga jaringan internet yang bisa digunakan untuk memecahkan persoalan yang ada. Manfaatkan itu semua dan tetaplah menulis. Meskipun tidak tau apa yang hendak ditulis paling tidak tulislah tentang ketidaktahuan kita tersebut. Ini yang dimaksud dari judul di atas.

“I may write garbage, but you can always edit garbage. You can’t edit a blank page. (Saya bisa menulis sampah, tapi anda selalu bisa mengedit sampah. Anda tidak dapat mengedit halaman kosong)”. (Jodi Picoult)

Disamping itu judul di atas juga menuntut kepada kita jadikanlah menulis itu sebagai kebutuhan yang dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan. Seperti kebutuhan akan makan sebagai asupan tubuh agar kita tidak sakit. Mau tidak mau kita harus memakan sesuatu. Ketika tidak ada sesuatu yang masuk ke dalam tubuh kita maka tubuh bisa melemah hingga sakit dan tidak menutup kemungkinan bisa menyebabkan kematian.

Menulis juga seperti itu, ketika kita telah memposisikannya sebagai kebutuhan maka mau tidak mau kita harus melakukannya. Ketika tidak dilakukan dikawatirkan akan menurunkan motivasi dalam artian hilangnya semangat dalam menulis dan lama kelamaan akan berdampak pada hilangnya motivasi diri yang barangkali kita telah berkorban di awal untuk mewujudkannya.

Oleh karena itu sebagai catatan akhir bahwa, menulis itu adalah sesuatu yang mudah untuk diwujudkan ketika kita tau streginya seperti yang telah dijelaskan penulis pada bagian sebelumnya. Tetapi yang paling berat untuk dilakukan oleh seorang penulis adalah merawat motivasi menulis yang terlihat dari konsistensinya dalam menulis setiap hari. Menulislah dan terus menulis. Seperti penjelasan sebelumnya karena menulis diibaratkan sebagai kebutuhan akan makan bagi manusia barangkali tidak selamanya untuk makan itu-itu saja melainkan hari ini lain menunya dan besok lain menunya. Begitulah dalam menulis pilihlah topik yang selera dengan apa yang sedang diinginkan.

Inilah sekilas pengalaman dalam menulis semoga bermanfaat bagi para pembaca. Aminn.



Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.