TIDAK TERLALU LAMA MEMBACA NAMUN LEBIH LAMALAH MENULIS

Image result for gambar menulis

Oleh Khairul Azan, Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis

Barangkali kalimat judul di atas membuat kebingungan dari para pembaca. Mengapa demikian karena pada umumnya para penulis handal mengatakan bahwa “penulis yang baik adalah pembaca yang baik”. Ini artinya membaca dan menulis merupakan aktivitas yang saling terkait antara satu dengan lainnya yang tak terpisahkan.

Tapi kok judulnya seolah-olah bertentangan. Ada beberapa catatan kecil yang ku alami dan barangkali ini juga dialami oleh sebagian besar orang yang ingin memulai karirnya sebagai penulis produktif. Keinginan menulis bagiku adalah sesuatu yang sudah lama tumbuh sebagaimana yang kutulis pada bagian sebelumnya. Namun seringkali rasa percaya diri belum sampai pada titik klimaks yang membuatku tidak pernah menulis. Ini terjadi karena ide yang bermunculan di benak terasa begitu garing dan membosankan.

Sehingga muncul dipikiran sepertinya aku harus banyak membaca agar ide yang keluar bisa terkesan super dan luar biasa. Oleh karena itu mulailah aku rajin membaca, asal berangkat keluar kota pasti buku sebagai oleh-oleh utama yang tidak boleh ditinggalkan. Hari-hariku disisi dengan membaca dan membaca. Dimana saja dan kapanpun itu ketika ada waktu luang yang menghintai ku manfaatkan untuk fokus membaca. Sepulang dari kantor menjelang tidur dan bagun tidur di pagi hari.

Ternyata apa yang terjadi adalah tidak satupun tulisan yang dihasilkan  akibat dari lama membaca yang ku lakukan. Keberanianpun tidak bertambah justru cenderung tetap seperti semula. Sehingga aku berfikir, sepertinya ada kesalahan yang kulakukan. Yang tadinya beranggapan jika lama membaca akan menyebabkan banyak tulisan yang dihasilkan tetapi sepertinya itu kurang tepat. Jika sebagian penulis seperti penjelasan di atas mengatakan “penulis yang baik adalah pembaca yang baik”, maka dalam posisi tertentu aku rubah menjadi “pembaca yang baik adalah penulis yang baik”.

Kalimat di atas menjelaskan bahwa jika ingin menjadi penulis maka menulislah. Pernyataan ini bukan berarti melarang membaca justru sangat dianjurkan untuk membaca jika ingin jadi penulis produktif. Tanpa membaca seringkali seorang penulis akan hilang ide dan gagasan. Oleh karena itu perbanyaklah membaca ketika ingin menulis. Tapi cara membacanya yang dirubah. Jangan terlalu fokus atau berlama-lama dalam membaca tapi tidak pernah menuliskan apa yang dibaca. Inilah makna dari kalimat judul di atas. Kita sering terjebak membaca yang dilama-lamakan tapi tidak satu kalimatpun yang dituliskan.

Jadi bahasa sederhana adalah sambil membaca sambil menulis. Ketika ini dilakukan lihatlah hasilnya. Membacapun tidak akan terasa bosan dan menulispun tidak akan terasa berat. Kenapa demikian karena organ tubuh kita tidak hanya satu yang berperan. Semuanya saling berperan. Jemari mulai bergerak untuk merespon kerja otak. Kerja otak mulai terasah karena tersalurkan dalam bentuk tulisan. Tulisan mulai diperkaya karena pemahaman terus berkembang. Begitulah seterusnya.

Oleh karena itu berusahalah mengambil inti sari dari apa yang dibaca dan tuliskan ia dalam rangkaian kata menjadi kalimat. Jangan tuliskan semuanya namun ambil titik penekanan dari apa yang dibaca lalu kembangkan sesuai pemahaman dari sudut pandang kita masing-masing. Sehingga tulisan kita akan renyah dan mengalir begitu saja.


*Sumber gambar: Google

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.