MENGABADIKAN DIRI MELALUI TULISAN


Oleh Khairul Azan,  Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis

“Menulis adalah nafasku dan menulis adalah hidupku. Meskipun terdengar puitis namun itu adalah realistis”

Begitulah yang penulis rasakan  saat ini. Meskipun terlambat jika dibandingkan dengan teman-teman lain yang telah banyak melahirkan karya dalam bentuk buku namun itu semua tidak menyurutkan diri untuk bisa menulis dan terus menulis. Sebagai penulis pemula tentunya masalah dan masalah dalam menulis tidak akan bisa dihelakkan justru harus dihadapi jika ingin menjadi penulis produktif. Salah satunya adalah kebingungan ketika awal menuangkan isi fikiran.

Namun perlahan semuanya bisa di atasi dan di lewati dengan cara belajar sambil menulis. Ini adalah strategi ampuh yang dilakukan oleh para penulis produktif pada umumnya. Strategi ini sering disebut belajar sambil melakukan (learning by doing).  

Learning by doing menuntut kita agar yakin pada diri sendiri dan mewujudkannya dalam usaha nyata. Tidak ada artinya kita ikut pelatihan menulis beribu kali atau membaca buku dengan ribuan judul namun enggan untuk mulai menulis. Bahasa sederhananya menulis bukan hanya hayalan tingkat tinggi namun menulis itu butuh tindakan.

Ada kenikmatan tersendiri bagi seorang penulis ketika ia mampu menulis. Menulis adalah bagian dari aktualisasi diri tanpa batas. Tidak ada yang menghalangi dan sok menggurui, kita bebas berekspresi dan berimajinasi. Oleh karena mulailah menulis.  Menulis bukan hanya terbatas pada sesuatu yang berat dengan teori yang harus dimunculkan namun menulislah tentang apa saja yang kita fikirkan.

“Dengan menulis, ide-ide kita bisa dikenal khalayak luas. Dengan menulis, kita bisa mandiri. Dengan menulis, maka akal budi, hati nurani, dan jiwa kita bisa “menari” secara bebas.” (M. Arief Hakim, 2004).

Teruslah menebar manfaat bagi orang banyak. Sebarkan virus-virus kebaikan. Jika ingin dikenang sebagai orang baik maka berbuatlah sesuatu yang baik.  Ini penting dilakukan karena hidup di dunia hanyalah sementara. Karena sejatinya hidup ini adalah perjalanan panjang namun punya batas akhir sebagai akhir kehidupan manusia di muka bumi yang manusia sendiri tidak akan tau dimana dan kapan itu terjadi. Bisa jadi dalam hitungan detik saja kita mengakhiri hidup dengan menghembuskan nafas terakhir.

Meskipun kita telah tiada namun peran kita tetaplah berlansung sepanjang masa. Kita akan dikenang orang selamanya lewat karya yang kita hasilkan. Salah satunya karya tulisan sebagai bagian dari pengabadian diri. Menulis memberikan ruh pada diri untuk berperan selamanya meskipun raga telah terpisah dari nyawa.

Karya tulisan yang kita hasilkan akan membimbing para generasi muda untuk mengenang siapa sesungguhnya kita dan apa manfaat yang telah kita berikan ketika masih hidup di dunia. Kesempatan untuk  menghirup udara segar yang disajikan Tuhan sebagai nikmat yang tak akan ada habisnya. Oleh karena itu jangan sia-siakan hidupmu dan berbuatlah sesuatu yang positif dengan cara menulis.

Menulis merupakan unjuk diri dan potensi yang dijadikan sebagai catatan historis bahwa kita pernah ada dan berbuat kebaikan. Ide dan gagasan yang kita tuangkan dalam sebuah tulisan akan tetap di nikmati oleh generasi penerus yang tak akan hilang ditelan bumi dan lapuk dimakan masa.

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” (Pramoedya Ananta Toer).

Berbagai manfaat yang akan dirasakan ketika menjalani hidupnya sebagai seorang penulis sejati. Disamping memperkaya ilmu dan pengetahuan seperti tulisan penulis sebelumnya, menulis juga bermanfaat bagi kesehatan yang membuat awet muda dan tetap segar menghadapi kerasnya dunia dengan berbagai masalah di dalamnya.

Mengapa demikian karena menulis itu pada hakikatnya adalah berbicara tanpa suara. Berbagi masalah dan fikiran lewat sebuah tulisan bisu. Menulis adalah meluahkan isi fikiran dan hati yang barangkali selama ini terpendam bagaikan karang es dilautan lepas yang hanya terlihat kecil dipermukaan namun mampu memecahkan sebuah kapal besar karena dasar karang es yang kuat dan tak pernah terlihat. Begitulah manusia dalam mengharungi kehidupan. Itu terjadi karena tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain untuk berbagi masalah. Semuanya dipendam sendiri.

Oleh karena itu menulis bisa dijadikan sarana curhat tentang masalah yang dihadapi dengan cara bekomunikasi lewat sebuah tulisan baik yang digoreskan pada selembaran layar komputer atau goresan pena di kertas putih tanpa noda. Dengan demikian hidup akan terasa lebih terbuka dan masalah demi masalah akan terselesaikan.

“Usahakan menulis setiap hari. Niscaya kulit Anda akan menjadi segar kembali akibat kandungan manfaatnya yang luar biasa”. (Fatima Mernisi dalam Anonim, 2003).

Inilah sekilah cerita yang penulis alami. Bukan bermaksud untuk menggurui namun hanya untuk saling berbagi. Semoga bermanfaat. Aminnn..


*Sumber gambar: Google

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.