Indahnya Menulis

Related image
Oleh Khairul Azan, dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis

Menulis merupakan sebuah rutinitas yang terbilang relatif baru yang hadir dalam kehidupanku saat ini. Namun meskipun demikian cita-citaku ingin menjadi seorang penulis bukanlah muncul baru-baru ini saja, melainkan sudah lama terekam di benak ketika penulis masih duduk dibangku kuliah jenjang S1. Hanya  saja itu masih sebatas impian yang masing berputar-putar di otak namun belum berani untuk mewujudkannya dalam aksi yang nyata.

Berbagai alasan yang membuat mengapa itu bisa terjadi salah satunya adalah kepercayaan diri yang masih minim sehingga menyebabkan rasa pesimis yang terlalu berlebihan; dari mana aku memulainya, apakah tulisanku dibaca orang, apakah orang tidak mengolok-olok apa yang aku tuliskan, dan lain-lain. Akibat rasa pesimis tersebutlah maka keinginanku untuk menjadi penulis mulai sirna dan hilang seperti garangnya ombak yang menerjang pinggiran pantai yang indah.

Namun entah kenapa keinginan menjadi penulis mulai tumbuh dan berkembang beberapa bulan belakangan ini. Awalnya hanya sebatas keinginan lalu beranjak menjadi sebuah keberanian untuk menuangkan ide dan gagasan dalam rangakaian kata yaitu “tulisan”.  Keberanian tersebut membuahkan hasil ketika tulisanku diterbitkan di salah satu media cetak. Berawal dari terbitnya tulisan perdanaku tersebutlah motivasi menulis mulai menggebu.

Lebih lanjut motivasiku semakin besar dan tumbuh dengan hadirnya seorang pahlawan literasi bagi pribadi yang entah dari mana datangnya ketika ia menawarkan ku untuk bergabung disalah satu forum “dosen menulis” lewat sebuah sosial media (facebook). Dalam hati berkata “wah ini kesempatan emas yang harus aku manfaatkan”. Sehingga aku mengiakan tawaran yang diberikan.

Singkat cerita mungkin karena beliau melihat beberapa  tulisanku yang ada didinding facebook forum “dosen menulis” tersebut maka aku ditawarkan kembali untuk menerbitkan tulisanku di salah satu media online. Hasilnaya adalah ternyata betul setelah megirimkan tulisan ke alamat yang dituju tulisanku betul-betul ada di media yang dimaksud. Dampak dari penerbitan tersebut maka semangat menulisku seperti tanpa batas. Motivasiku semakin tumbuh dan besar seperti bola salju yang menggelinding semakin besar dan besar.

Buah dari rutinitasku dalam menulis mengasilkan sesuatu yang tak semestinya kita anggap sulit untuk diwujudkan. Meskipun tidak dibayar dengan uang  namun mendatangkan kepuasan tersendiri bagi pribadi yang itu penulis anggap sebagai sesuatu yang mahal harganya. Semuanya mengalir begitu saja dan menjadi suatu kebiasaan yang berujung pada sebuah kebutuhan.

Ketika sudah butuh maka satu hari saja tidak menulis maka akan terasa ada yang kurang dalam menjalani aktivitas kehidupan.  Ada juga yang memanggilku sebagai motivator, guru, dan lainnya sebagainya.  Tapi sepertinya penggilan motivator dan lain sebagainya belumlah pastas diberikan kepadaku. Karena saat ini kita sama. Sama-sama sedang belajar untuk menjadi orang yang bermanfaat yaitu dengan cara menulis sebuah pemikiran tentang nilai-nilai kehidupan.

Mungkin ini menjadi pertanyaan besar bagi para pembaca kenapa sepertinya aku banting stir yang awalnya tidak bisa menulis tetapi saat ini menjadi berubah haluan. Ya ketidakmampuanku dalam menulis adalah masa laluku dan menjadi penulis produktif adalah salah satu tujuanku hidupku. Karena dengan berkarya akan memberikan pengakuan bahwa kita pernah ada di dunia nyata.  Begitulah indahnya menulis.

 Disamping itu jika ingin menjadi penulis produktif maka mulailah menulis. Ketika keinginan menulis hanya sebatas impian saja tanpa ada keberanian untuk memulainya maka menjadi penulis produktif masih dipertanyakan. Karena menulis itu satu paket antara keinginan dan keberanian dalam menuangkan ide dan gagasan. Yakinlah ketika kita memulainya semua akan mengalir begitu saja. Ini terjadi barangkali otak kita sudah mulai terbiasa dan organ tubuh lainnya sudah bisa merespon kemana jalan pikiran kita.

Menjadi penulis itu seperti “menyelam kadasar laut yang paling dalam. Kita tidak akan tau  indahnya dasar laut ketika kita tidak  berani melompat kedalam laut”. Begitu juga dalam menulis. Dengan menulis kita diarahkan untuk mengenali segala potensi  diri yang ada di dalam diri kita yang menunjukkan begitu agungnya Tuhan yang telah menciptakan manusia.

Numun perlu digaris bawahi menjadi penulis produktif tidak lah semerta-merta jadi begitu saja. Semuanya butuh proses. Oleh karena itu untuk membangkitkan naluri menulis hendaknya mulailah menulis dari sesuatu yang ringan untuk kita angkat dan ditulis atau dalam bahasa literasi sering disebut free writing (tulisan bebas). Seperti menceritakan keseharian kita dalam beraktivitas, dalam melangksanakan tugas mengajar dikelas sebagai seorang guru, dan lain sebagainya.

Lakukan terus menerus meskipun itu hanya sekian menit atau satu paragraf disisa-sisa jam kerja dikantor  atau menjelang tidur.  Sehingga dengan memulai sesuatu yang ringan dan dilakukan secara  berkelanjutan akan membiasakan otak bekerja untuk mencapai titik maksimal. Layaknya menjadi seorang pelari terkenal yang bisa melewatkan beribu-ribu kilomer perjam. Mereka pasti memulainya dengan pemanasan terlebih dahulu dengan cara lari-lari  kecil yang tidak terlalu menguras tenaga banyak. Begitulah dalam menulis.

Setelah tulisan berhasil ditulis maka langkah selanjutnya adalah mempublishnya dimedia yang memungkinkan orang untuk membaca dan memberikan tanggapan. Bisa blog, facebook, telegram, whatsap, instagram dan lain sebagainya yang mudah untuk kita lakukan. Lalu muncul pertanyaan kenapa tidak  ke media seperti koran dan sejenisnya yang lebih selektif. Ya pasti siapa sih yang tidak menginginkannya.

Semua orang pasti menginginkan tulisannya terbit dimedia yang bereputasi.  Ya. Itu pasti kita dapatkan. Tapi perlu dicatat bahwa tujuan mempublish tersebut adalah untuk merangsang motivasi diri. Ketika satu orang saja memberikan tanggapan  tentang hasil tulisan yang di publish maka akan meningkatkan satu sel motivasi dalam diri. Bayangkan saja jika yang menanggapinya ribuan orang, dan ini adalah kunci memotivasi diri dalam menulis dari sumber eksternal.

Semua itu bisa dilakukan di media yang mudah kita masuk (blog, facebook, telegram, whatsap, instagram) dan tulisan kita pasti akan dipublish karena kita sendiri mempublishnya. Namun terbalik apa yang terjadi ketika kita mengirimkan tulisan yang kita tulis ke media yang selektif dan ternya tulisan kita tidak terpilih justru itu akan membunuh sel motivasi yang mulai tumbuh di dalam diri. Oleh karena bagi penulis pemula maka memilih media yang sederhana adalah sebuah strategi dalam meningkatkan motivasi diri dalam menulis.

Inilah sekilah cerita yang penulis alami. Bukan bermaksud untuk menggurui namun hanya untuk saling berbagi. Semoga bermanfaat. Aminnn..





Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.