Pendidikan dengan Cinta
Oleh M. Khoirudin dosen UNU Lampung.
Pendidikan menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi setiap orang, karena pendidikan menjadi faktor terbentuknya karakter dan akhlak anak. Jadi sudah tak heran lagi jika pendidikan menjadi urutan yang pertama dalam mewujudkan cita cita bangsa. Namun yang harus diketahui bersama, untuk menciptakan itu diperlukan guru yang tangguh dan profesional.
Dinamika dalam kehidupan saat ini semakin meluas, dan kegaduhan semakin menyapa. Sehingga pendidikan menjadi komoditi yang utama. Maka dalam perkembangan zaman yang seperti ini, peran pendidikan mendapat perhatian yang besar dalam setiap kalangan.
Pendidikan suatu bangsa tidak akan pernah mandek (berhenti), pendidikan akan tetap berjalan selama masih ada kehidupan. Permasalahan dalam pendidikan pasti selalu ada, meski sudah dibentengi dengan teori-teori “strategi pemecahan masalah” walau terkadang dari strategi itu menimbulkan banyak masalah. Oleh sebab itu pembangunan dalam bidang pendidikan tidak akan pernah ada habisnya. Selama manusia masih mempermasalahakan pendidikan.
Dalam upaya mewujudkan pembangunan pendidikan yang tidak lepas dari suatu permasalahan, maka diperlukan aspek pemenuhan psikologis yakni kasih dan sayang. Guru sebagai faktor yang pertama ketika mendidik peserta didiknya di sekolah, oleh karenanya guru harus mampu memberikan kasih sayangnya secara tulus pada setiap anak didiknya. Jangan sampai seorang guru seolah olah menjadi monster yang menakutkan dihadapan anak didiknya, karena itu akan mengakibatkan keretakan hubungan sehingga siswa akan merasa malas untuk belajar.
Cinta dalam pendidikan adalah sebuah bentuk emosi setiap individu. Rasa cinta seharusnya tidak hanya dimiliki oleh siswa kepada gurunya saja, namun guru harus mempunyai rasa cinta terhadap siswa siswinya. Cinta di sini pastinya berbeda dengan cinta kepada kekasih, walaupun dalam kasus kasus tertentu ada yang cinta beneran.
Rasa cinta yang dimiliki oleh guru kapada siswa-siswinya amatlah penting, karena itu sebagai modal utama dalam memulai proses pembelajaran. Ruh dalam setiap pembelajaran adalah cinta. Jika seorang guru kehilangan raca cinta dalam mengajar pasti akan terasa hambar, kaku, dan tidak menarik sama sekali.
Jelas sudah bahwa rasa cinta terhadap siswa siswi yang diwujudkan dalam perhatian, empati, serta perkembangan dalam proses belajar menjadi stamina tambahan bagi peserta didik untuk terus belajar.
Seorang guru yang mengajar dengan penuh cinta, maka peserta didik akan merasa nyaman, betah dan mudah menangkap apa yang dijelaskan oleh guru. Berbeda jika guru mengajar hanya berorientasi dengan upah berapa yang akan kamu bayar?
Tidak ada komentar