PENDIDIKAN DALAM KELUARGA


Oleh Dr. Amie Primarni

Sejatinya sebuah keluarga adalah tempat pendidikan nomor satu. Di dalam keluargalah pendidikan pertama tentang nilai-nilai dimulai. Mana yang namanya tanggung jawab, mana yang namanya tugas dan mana yang namanya peran diperkenalkan oleh sosok Ayah, Ibu dan anak.

Sebagai contoh, saya tidak pernah sengaja  membangunkan anak untuk sekolah, karena itu adalah tanggung jawabnya. Bagaimana jika dia terlambat ? Tak apa itu adalah  latihan bagian dari mengenalkan konsekuensi logis dari sebuah tanggung jawab.

Tetapi saya akan mengingatkan sholat subuh,  sebab itu tanggung jawab menanamkan kebiasaan dan kepatuhan pada Allah yang harus saya tanamkan sejak dini. Jadi ada tanggung jawab saya sebagai Ibu yang menanamkan akidah. Tetapi ada tanggung jawab anak dalam mematuhi role of the game pendidikan di sekolah.

Saya juga tak pernah mengambilkan seragam sekolah. Karena di malam hari saya sudah minta semua anak menyiapkan perlengkapan sekolah mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tak ada suara ramai yang mencari kaos kaki atau apapun juga di pagi hari.

Saya tak akan mengantarkan buku yang tertinggal, karena malam hari saya sudah minta anak-anak cek ulang apa yang harus dibawanya. Jika tertinggal dia harus izin pada guru untuk pulang mengambilnya.

Saya hanya sekali pada saat SD kelas 3 mengajarkan pada anak bagaimana packing untuk sebuah koper ataupun ransel. Dan sekarang jika mereka ada acara camping atau outbond mereka sudah packing sendiri.

Keluarga adalah tempat tumbuh dan berkembang anak dari aspek spiritual, emosi, intelektual dan fisik.

Saya hanya menyiapkan makanan, dan mengajak mereka makan pada waktunya. Kesehatan mereka harus menjaganya dengan mengontrol makan, istirahat dan pola tidur.

Saya mengingatkan mereka untuk peduli antar saudara. Jika ada ayam di piring tinggal satu, maka mereka dengan sendirinya akan bertanya. Apakah ada yang belum makan ? Bolehkah ayam yang tinggal satu dimakan ? Jika di kulkas ada minuman kemasan, mereka akan bertanya milik siapa dan bolehkah di ambil ? Mungkin ini terasa aneh. Tetapi saya hanya menyiapkan agar mereka tidak egois hanya mementingkan perut sendiri dan keinginan sendiri tanpa melihat apakah saudara lainnya sudah makan atau belum.

Saya biasa berdialog saat anak menyampaikan bahwa dia lelah, dan tak masuk sekolah. Bagi saya kejujuran lebih utama dari pada saya paksa sekolah padahal kondisinya sedang lelah. Konsekuensi logisnya dia harus mengejar materi yang tertinggal.

Keluarga juga menjadi tempat tumbuh dan berkembang bagi suami dan istri. Saya dan suami bergantian melanjutkan studi hingga doktoral. Buat apa ya ? Saya hanya ingin anak-anak melihat bukti kongkrit bahwa belajar adalah bagian dari ibadah. Bertumbuh dan berkembang bersama membuat gap antar individu dalam keluarga tidak terlampau jauh.

Dan yang paling penting bagi saya adalah, setiap individu harus bahagia. Sebab bahagia itu hak setiap individu. Kalau toh.... ada pengorbanan maka pengorbanan itu tidak boleh merampas atau menghilangkan kebahagiaan yang menjadi haknya.

Bukankah kita selalu berdoa Ya Allah berikan kebaikan di dunia dan di akhirat.

Kebahagiaan adalah salah satu kebaikan yang didambakan setiap insan. Kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan wujud syukur karena Allah semata.

Keluarga adalah fondasi utama pendidikan.
Bertumbuhlah bersama keluarga. Kebahagiaan satu individu menjadi kebahagiaan bersama.


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.