PENDIDIKAN BERWAWASAN MULTIKULTURAL: Studi Kasus Pendidikan Agama Islam di SMA PlusPembangunan Jaya Bintaro

Foto Irham Yuwanamu.

Berikut ini adalah hasil riset tesis tentang pendidikan multikultural yang fokusnya mengkaji pendidikan agama Islam. Tesis ini membantah teori yang menyatakan bahwa agama itu sebagai sumber fundamentalisme dan radikalisme. Ringkasan dari tesis tersebut di bawah ini.

Kesimpulan utama penelitian ini adalah pendidikan agama Islam menjadi bagian pendidikan berwawasan multikultural dalam menggerakkan moral kemajemukan dan membangun keberagamaan peserta didik melalui pendekatan integratif dan komprehensif. Pendekatan integratif menunjukkan masing-masing unsur kependidikan saling terkait dan terpadu, bukan masing-masing berjalan secara independen. Pendekatan komprehensif berarti keseluruhan unsur kependidikan terlibat dalam program pendidikan. Selanjutnya pendidikan berwawasan multikultural membangun keberagamaan yang bervisi integral, terutama kesadaran pada tingkat peka diri. Kesadaran tingkat ini menjadi jembatan pada visi integral yang lebih tinggi.

Penelitian ini sependapatdengan Will Kymlicka (2010) yang menjelaskan bahwa kebijakan multikultural adalah untuk menormalkan keragaman dan kemajemukan.Berikutnya James A. Banks (2008) yang menjelaskan bahwapendidikan multikultural merupakan gerakan perubahan pendidikan yang didesain untuk memberikan pelayanan pendidikan yang tanpa melihat perbedaan latarbelakang anak didik. Kemudian pendidikan multikultural memuat nilai-nilai demokrasi serta membantu kesatuan dalam bangsa yang terbagi-bagi dan berbeda untuk merekatkan satu sama lainnya. Kemudian H.A.R. Tilaar (2004) yang menjelaskan bahwa pendidikan multikultural bertujuan untuk menciptakan sikap anak didik yang humanis, demokratis, dan toleransi antar sesama manusia walaupun beragam dan berbeda latar belakang. Sementara itu, penelitian ini berbeda dengan Louis Ernesto Mora (2014),David B. Skillicorn (2012) yang menyatakan bahwa agama mengantarkan manusia menjadi fundamental-radikal, dan mendorong manusia berpikir yang irasional. Sedangkan Charis Boutieri (2013) yang menyatakan bahwa pendidikan agama tidak dapat mewujudkan pendidikan yang humanis dan akomadatif yang menghargai perbedaan dan keragaman.Pendidikan agama masih berperan sebagai media idiologisasi/legitimasi atas aliran tertentu.

Penelitian ini dilakukan di SMA Plus Pembangunan Jaya Bintaro. Sekolah ini menjadi objek penelitian karena sebagai sekolah yang telah mengembangkan program pendidikan yang berwawasan multikultural. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kualitatif. Cara pencarian datanya menggunakan dokumentasi, wawancara, dan observasi.

Kata Kunci: Pendidikan Berwawasan Multikultural, Pendidikan Agama, Pendidikan Agama Islam, Keberagamaan Bervisi Integral.


Tesis ini secara lengkap dapat diunduh disini.


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.