KULIAH HARUS PINTER-PINTER: CATATAN DI BANGKU KULIAH

Oleh: Khairul Azan (Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)
Seuntaian kata yang masih terngiang di telinga tentang sebuah kalimat yang pernah diungkapkan oleh salah satu dosen ketika penulis duduk di bangku kuliah dahulu. Kalimat tersebut berbunyi “jika kalian ingin sukses kuliah maka pinter-pinterlah”.

Meskipun hanya sepenggalan kata namun sudah cukup untuk membuat penulis penasaran apa makna yang terkandung di dalamnya. Sehingga akibat penasaran yang melanda pertanyaan demi pertanyaan terus terucap seolah-olah tidak ada habisnya sehingga sampailah pada sebuah kesimpulan bahwa makna dari kalimat ‘pinter-pinterlah” tersebut adalah menitik beratkan pada konsep bahwa mahasiswa sukses dalam perkuliahan dan mampu menyelesaikannya dan tepat waktu dengan menyandang predikat sarjana dengan seganap ilmu dan pengalaman di dalamnya tidak cukup hanya berbekalkan kemampuan otak semata (logic smart). Kalimat pinter-pinterlah tersebut mengarah pada pengusaan berbagai kecerdasan lainnya bagi mahasiswa (multiple intellegence).

Menurut Howard Gardner ada 8 (delapan) kecerdasan bagi manusia, di antaranya adalah kecerdasan di bidang; 1) linguistik (word smart), 2) logik matematik (logic smart), 3) naturalis (nature smart), 4) visual dan spasial (picture smart), 5) kinestetik (body smart), 6) musik (music smart), 7) interpersonal (people smart), 8) intrapersonal (self smart). Beberapa kecerdasan tersebut menjadi bagian dari kesuksesan manusia. Namun dalam konteks ini paling tidak sebagai mahasiswa memiliki 4 (empat) kecerdasan yaitu; word smart, logic smart, people smart dan self smart.

Pertama, kecerdasan di bidang berbahasa (word smart). Bahasa yang sopan dan mudah dimengerti merupakan bagian yang tak terpisahkan dari komunikasi yang aktif antara satu dengan lainnya. Begitu juga bagi mahasiswa baik dengan dosen, staf dan sesama temanmya. Khususnya bagi mahasiswa dengan dosennya. Sebagai contoh jika ingin berkonsultasi dengan dosen baik menyangkut studinya atau yang  lain, gunakanlah bahasa yang sopan dan etika yang benar. Jangan mengira meskipun mungkin  dosen tersebut dekat dengan kita dan kita sebagai mahasiswa bisa seenaknya saja dalam berkomunikasi itu adalah sebuah kesalahan.

Kedua, kecerdasan di bidang logika (logic smart). Bagian ini menyangkut bagaimana memaksimalkan akal sebagai kelebihan manusia dari makhluk lainnya. Oleh karena itu jika kita sebagai mahasiswa ingin cepat selesai kuliah gunakanlah akal pikiran kita semaksimal mungkin, bukan sebalinya bermalas-malasan menjadi faktor utama.

Ketiga, kecerdasan di bidang hubungan dengan orang lain (people smart). Layaknya sebuah sistem keberhasilan mahasiswa dalam menyelesaikan perkuliahannya tidak terlepas dari peran orang lain di dalamnya, baik itu dengan dosen, staf dan sesama mahasiswa. Oleh karena itu bangunlah hubungan yang baik antara satu dengan lainnya. Saling belajar menjadi kunci utama. Tidak ada yang lebih pintar atau sebaliknya. Semuanya sama dengan bekal akal yang dimiliki. Karena manusia bukanlah makhluk sempurna sehingga semuanya saling mengisi. Prinsip inilah yang penulis pegang teguh. Karena seyogyanya apakah yang kita miliki belum tentu dimiliki oleh orang lain dan begitu juga sebaliknya, apa yang orang lain miliki belum tentu ada pada diri kita. Disinilah konsep simbiosis mutualisme. Itulah sistem kehidupan. Layaknya organ tubuh manusia yang terdiri dari bagian yang berbeda fungsi dan kapasistasnya, namun mereka tidak pernah menyakiti malah sebaliknya saling memperkokok bangunan tubuh sebagai makhluk penguasa di muka bumi.

Keempat, kecerdasan menilai diri sendiri (self smart). Kecerdasan ini mengarah pada bagaiman mengenal diri sendiri. Mengtahui kekuatan yang dimiliki menjadi peluang untuk meminimalisir kelamahan dalam menghadapi tantangan yang kita miliki.

Inilah sekilas kisah pribadi semoga menjadi iktibar bagi mahasiswa/wi dalam menggapai mimpi.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.