Jurnal Internasional Indonesia

Oleh Irham Yuwnamu, Purisdiki.

Kalau tidak lupa pada 2016 Kemristekdikti pernah mengadakan kegiatan bergengsi, yaitu mengundang para profesor orang Indonesia yang mengajar di Universitas ternama luar negeri di gedunga Dikti. Nama kegiatannya visiting professor. Pada waktu itu saya ikut hadir selama 2 hari dari awal hingga selesai. Kegiatan itu membahas menduniakan kampus / ilmuan Indonesia. 

Di antara beberapa nara sumber membahasnya, kalau ingin ke sana caranya menulis karya dan diterbitkan di jurnal internasional, atau jurnal Indonesia diakui internasional. Pada pilihan yang kedua ini kayaknya para nara sumber pesimis, sebab mengelola jurnal internasional itu berat dan siapa yang akan menerbitkan tulisannya, sementara Indonesia kekurangan penulis level dunia. Kritik mereka, Indonesia terlalu banyak jurnal, tiap kampus puluhan jurnal yang dikelola sehingga kurang fokus dan tidak berkualitas di samping kekurangan penulis yang bagus.

Kritik tersebut saya kira masuk akal, kebanyakan jurnal yang dikelola akhirnya tidak fokus, pendanaan terpecah akhirnya kualitas tidak terjamin. Tapi saya kurang sependapat pikiran itu. Sebab apabila banyaknya jurnal itu didorong, dan terus dipecut/dipacu, mereka akan bangun sendirinya, karena tuntutan jaman pasti akan berlomba-lomba ke sana. Para akademisinya juga demikian, apalagi masyarakat akademik Indonesia yang berlimpah, tinggal meningkatkan kulitasnya saja. 

Ketika pada saat jurnal nasional naik tingkat ke internasional makin banyak, dan para penulisnya berlimpah terus berkarya, tidak perlu mengandalkan jurnal asing, maka itu seperti orang Indonesia beramai-ramai pergi haji dari berbaai penjuru dengan kualitas yang bagus. Di mekkah haji Indonesia dipandang sangat baik, mereka yang dari luar berlomba-lomba studi banding ke Indonesia tentang ini.
Prediksi saya itu sekarang sudah mulai benar. Jurnal nasional tahap demi tahap mulai naik level ke internasional. Saya contohkan jurnal nasional tentang Islamic Studies yang terus bertambah yang diakui dunia. 

1. Al Jamiah, jurnal yang dikelola oleh UIN Yogyakarta.
2. Studia Islamika, dikelola oleh UIN Jakarta
3. Journal of Indonesian Islam, dikelola oleh UIN Surabaya
4. Indonesian Journal of Islam and Muslim Society dikelola oleh IAIN Salatiga
5. Qudus International Journal of Islamic Studies dikelola oleh STAIN Kudus (Skg: IAIN Kudus). Ini terbaru.

Patut berbangga diantara jurnal nasioanal sosial-humaniora yang internasional dikelola oleh kampus dibawah kemenag, dan kayaknya hanya satu dibawah binaan Dikti, yaitu jurnal wacana yang dikelola oleh Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya UI. Saya yakin ini akan terus bertambah tinggal nunggu waktu saja. Jurnal dibawah STAIN, IAIN, UIN saja sudah pada beralih ke bahasa Internasional karena mereka sepertinya mencapai taget itu. Kalau ini terus terjadi Indonesia bagian dari produsen ilmu pengetahuan dunia. 

Saya setuju Dikti menarget akademisi dan kampus untuk naik level ke internasional. Saya juga masih berupaya dan terus belajar hingga hari ini.
Hidup Indonesia.
NKRI Jaya, harga mati

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.