Jejak Sang Mahasiswa: Mempertahankan Itu Lebih Sulit



Oleh Khairul Azan, Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)

Perubahan yang kulakukan pada semester tiga memang membuahkan hasil. Ini kurasakan pada semester empat. Nilai kuliahku mulai naik perlahan dan membanggakan. Capain ini tentunya bukan dengan tolak ukur yang membandingkan nilaiku dengan nilai teman-teman lainnya, melaikan hanya perbandingan nilai pribadi dari semester ke semester yang menunjukkan trend yang bagus. Karena jika dibandingkan dengan nilai teman-teman lainnya tentu aku tetap masih berada di bawah mereka. Mereka rata-rata memiliki IPK di atas 3,50.

Meski demikian, itu tidak menciutkan nyaliku untuk terus berprestasi. Karena yang muncul dalam benakku bahwa IPK itu memang utama namun bukanlah segala-segalanya. Yang penting kita paham apa yang disampaikan dosen, berani mencoba, dan memiliki skill yang menjadi salah satu bekal dikemudian hari. 

Semangatku semakin tinggi, aku bisa tak pernah lagi diam di kelas justru pasti aktif itulah yang kulakukan. Di samping itu aku juga terus teringat dengan kata-kata mutiara yang disampaikan oleh penulis dalam buku yang ku baca yaitu “semuanya itu butuh proses dan perubahan yang baik adalah ketika kita berubah kearah yang lebih baik meski secara perlahan”.  

Namun sepertinya apa yang kuraih merupakan ujian dari Tuhan. Semua yang diberikan untuk mencoba sejauh mana konsistensi diri untuk terus berprestasi dan tetap istiqomah dengan apa yang telah didapatkan. Semester lima tidaklah sama dengan semester empat, IPK ku kembali menurun. 

Meski tadi ku katakan bahwa IPK bukan segala-segalanya namun itu juga menjadi salah satu faktor untuk mengevaluasi kemampuan dari sisi kuantitatif. Ini semua di luar dugaan. Padahal aku aktif di kelas. Tugas perkuliahan semuanya ku kerjakan, tapi tetap saja nilaiku tidak bisa didongkarak, dan lebih mengejutkan lagi nilai rendah itu diberikan oleh dosen-dosen pavoritku.

Dalam hatiku bergumam seolah tidak percaya ketika melihat nilai yang dipajang dipapan mading prodiku. Ingin rasanya bertanya ke dosen yang bersangkutan mengapa mereka memberikan nilai seperti itu, tapi tidak punya keberanian. Hasratku untuk menjumpai dosen pengampu terkubur begitu saja, dan itu berarti nilaiku tidak akan pernah berubah dan tetap seperti itu. 

Ternyata benar orang-orang bijak mengatakan bahwa mempertahankan itu lebih sulit ketimbang meningkatkan atau memperolehnya. Itulah yang muncul dibenakku saat itu. Untuk mempertahankan nilai pada ukuran yang sama dengan sebelumnya saja aku tidak mampu.

Tapi entah kenapa ketidak beranianku tersebut berubah menjadi sesuatu yang berbeda. Aku mencoba untuk mengambil hikmah dari apa yang terjadi. Pada saat itu memang rasa kesal juga ada namun tidak mengalahkan diri itu selalu mencari nilai positif dari apa yang terjadi. Aku mencoba untuk tidak menyalahkan dosen yang bersangkutan, karena bisa jadi akulah yang salah. 

Ada sesuatu yang membuat para dosen seperti itu dari apa yang kulakukan. Bisa jadi selama ini aku terlalu terlena dengan nilai yang dengan mudah diraih padahal semuanya adalah perjuangan. Aku mencoba untuk menjadikan kegagalan itu sebagai pengingat diri dan melompat lebih tinggi. Alhamdullah ini dibuktikan pada semester enam. Aku kembali meraih apa yang pernah terjadi bahkan bukan tetap, IPK ku melambung tinggi dari sebelumnya.


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.