Di Semester Perubahan



 Oleh Khairul Azan, Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis.

Tidak terasa waktu terus berjalan dan sekarang aku telah menginjak semester tiga. Wah ternyata “aku sudah tergolong mahasiswa atas”, itulah yang muncul dari benakku. Itu terjadi karena mahasiswa baru kembali diterima dan tentunya mereka menjadi juniorku di kampus. Mereka ikut tes layaknya apa yang ku lakukan satu tahun yang lalu. Mereka datang dari berbagai daerah. Wajah polos menghiasi raut wajah para mahasiswa baru sang pengejar cita-cita.

Namun ada yang berbeda pada semester tiga ini. Perbedaan ini dimunculkan lewat perubahan yang terjadi. Perubahan tersebut bukanlah pada orang lain, melaikan ada pada diriku sendiri. Bisa dikatakan bahwa semester tiga adalah semester perubahan bagiku. Mengapa demikian? ya, inilah yang kurasakan. Dulu pada semester satu dan dua aku sangat pemalu, jarang sekali aku berani untuk berbicara dan adu argumen ketika kelas berlangsung, atau bahasa mahasiswanya “tidak aktif”. 

Aku lebih cenderung duduk paling balakang dari deratan kursi yang disediakan dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh dosen atau teman-teman yang aktif berbicara. Menjadi pendengar setia tanpa banyak bicara itulah yang kulakukan. Rasa minder yang muncul disebabkan karena aku berasal dari keluarga pemalu. Sehingga faktor genetik keluarga tersebut sedikit banyak juga ada padaku. Disamping itu faktor lain yang juga membuat aku tidak punya keberanian adalah teman-teman se kelas ku. 

Mereka rata-rata orang pintar, ada yang ahli bahasa inggris, bahasa arab, matematika dan sebagian besar mereka adalah alumni pondok pesantren terkenal yang ketika berbicara sangat vokal sekali. Sementara aku hanya anak lulusan MA di pelosok desa yang jumlah siswanya sangat sedikit dan fasilitas sekolah yang seadanya.  Ketika berdebat dengan dosen mereka sangat piawai dengan kata-kata ilmiah yang membuat siapapun mendengarnya menjadi ciut alias minder.

Itulah yang kulalui pada semester satu dan dua. Tapi tidak dengan semester tiga. Aku mulai berubah. Yang dulunya aku duduk paling belakang sekarang aku duduk paling depan. Yang dulunya aku tidak berani untuk bicara apalagi adu pendapat sekarang semuanya berbalik arah. Tingkat keberanianku mulai melambung dan nilai kuliahku pun mulai mendaki. 

Akupun bingung pada saat itu, mengapa aku punya keberanian. Tapi yang ku ingat pada saat itu adalah aku iri pada mereka yang sangat aktif. Tentunya iri disini adalah dalam makna yang positif. Berawal dari iri tersebutlah aku mencoba untuk keluar dari zona nyamanku sebagai mahasiswa yang biasa untuk menjadi yang luar biasa. Akupun merubah penampilan, yang sebelumnya penampilanku semrawut, menjadi mahasiswa yang rapi di kelas. Rambutku gondrong begitulah aku. 

Memang tidak terlalu gondrong tapi jika dibandingkan dengan teman-teman lain se kelas, akulah yang paling berantakan. Ya, itulah masa dimana aku mencari jati diri. Bahkan karena rambut gondrong aku pernah dimarahi dosen dan dilempari spidol. Begitu juga dengan pakaian yang tidak mencontohkan anak keguruan.

Teman-teman banyak yang pangling melihat perubahanku saat itu. Apalagi teman-teman wanita, apakah mereka pangling karena perubahanku atau ada hal lain aku juga gak tau. Dosen mulai memberikan perhatian padaku, seingga dari perhatian tersebut motivasi dan kepercayaan diri menjadi bertambah. Bisa dikatakan tidak pernah aku duduk di belakang mulai saat itu. 

Begitu juga keaktifan di kelas ketika sesi tanya jawab aku pasti selalu mencari celah untuk tunjuk tangan. Aku juga mulai memberanikan diri untuk gabung keorganisasi kalau gak salah pada saat itu, GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) yang dikomandoi oleh Bang Tanjung dan organisasi daerah. Meski tidak terlalu aktif namun disana aku juga mendapatkan ilmu yang berharga dan tentunya tak akan didapatkan di dalam kelas.

Ada beberapa catatan kecilku pada saat itu setelah merasakan perubahan yang terjadi, yaitu; 1) Ternyata penampilan itu berhubungan dengan kepercayaan diri. 2) Kepercayaan diri itu penting agar kita bisa unggul. 3) Tidak ada yang bisa merubah kita ketika kita tidak mau merubahnya. 4) Jika ingin unggul maka duduklah dibarisan depan jangan selalu berfikir untuk menjadi yang terbelakang.  





Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.