Menulis Laksana Minum Obat
Oleh Nurhilmiyah
Jumat siang (9/2) lalu saya menerima sebuah paket. Ingin segera membuka isinya, buku karangan sejawat sesama anggota beberapa grup kepenulisan yang sama, Bapak Khairul Azan. Grup-grup itu adalah grup Facebook Dosen Menulis, grup Telegram Dosen Menulis: Belajar Nulis, yang pada awal dibentuk Dr. Amie Primarni sebelumnya, bernama grup Proyek Dosen Menulis, dan grup Pelatihan Membuat Buku Ajar (PMBA) bersama Dr. Ngainun Naim, Batch perdana.
Bersama salah seorang anggota grup PMBA, Bu Rahayu Akili/Yayu Akili, kami beberapa kali ber-chat lewat japri. "Wah, Pak Khairul itu rajin banget setor tulisannya, ya. Bisa setiap hari membuat tulisan." "Iya ya, udah kaya' minum obat aja, 1x1 hari, hihi." Ups, tentu saja kami tidak bergosip ria. Justru kami menjadikannya motivasi agar mengikuti jejak Pak Khairul, sukses menerbitkan buku solo perdananya.
Sebelumnya tulisan kami sama-sama tergabung dalam satu buku antologi berjudul "Pengalaman Mengajar Tak Terlupakan" dengan judul Pak Khairul, "Awal Karirku: Suka Duka Menjadi Dosen Muda". Judul artikel kontribusi saya, "Tak Sekadar Honor." Membaca tigapuluh artikel di buku tunggal Pak Khairul yang berjudul "Aku Ingin Menjadi Penulis" ini, rasanya tak asing lagi. Sebab setiap hari selama beberapa bulan lalu beliau mempostingnya di grup dan kami membacanya. Baik di grup Fb maupun grup Telegram.
Tulisannya yang ke-29, bertajuk "Dengan Menulis Aku Mengenali Mereka", beliau 'menyenggol' nama-nama kami teman-teman grupnya. Seolah ingin mengatakan bahwa keberhasilan menulis juga tidak lepas dari peran dukungan kawan-kawan penulis. Padahal siapa pun tahu bahwa konsistensi menulis Pak Khairul sangat baik sehingga perlu diteladani sejawat yang lain. Bukan faktor support teman semata. Konsistensinya menunjukkan semangat menulis yang tak pernah surut. Saat dalam keadaan sakit pun tak membuatnya urung menulis. Alasan sibuk tidak mampu mencegahnya dari menyetorkan tulisan ke grup setiap hari.
Agaknya benarlah judul yang saya ambil untuk artikel singkat tentang buku perdana Pak Khairul ini. Menulis seperti minum obat ternyata manjur dan membuat sehat. Maknanya bisa berarti bahwa menulis setiap hari, mujarab dalam menghasilkan sebuah buku solo. Buktinya Pak Khairul telah sukses menerbitkan buku perdananya. Menulis laksana minum obat itu menjauhkan dari segala penyakit. "Virus" malas, "bakteri" sibuk, dan "sindrom" buntu ide. Semoga yang berkeinginan disebut sebagai penulis, (khususnya "warning" buat saya), segera merampungkan buku solo sebagai suatu pengakuan bagi seorang penulis. Pak Khairul Azan, selamat ya, satu lagi bukti bahwa hasil tak akan pernah mengkhianati proses.
Salam literasi
Tidak ada komentar