Ilmu Sosialku Sayang, Ilmu Sosialku Malang

Oleh Dr. Suratno, dosen Universitas Paramadina
Dulu, tahun 1990-an menurut saya anak-anak SMA jurusan ilmu sosial (A3), 'maaf' agak dipandang sebelah mata. Yang dianggap keren itu A1 (fisika) terus A2 (biologi). A3 apalagi A4 (jurusan bahasa) 'maaf' seperti kelas "sisa". Ada yang meledek bercanda kalau kelas A4 itu jurusan kertas kwarto, A5 kertas folio.

Tapi, A3 dan A4 kan SMA, itu masih lumayan. Saya sendiri malah kelas B2 (jurusan Akuntansi) dari SMEA. Dulu, harus diakui sekolah-sekolah kejuruan (STM, SMEA, SMIP, SMM dll) dianggap 'maaf' kalah keren dibanding SMA. Nasibnya mirip MA madrasah aliyah, dimana A1 bukan jurusan fisika tapi jurusan agama.

Itu dulu waktu jaman orba. Ada banyak faktor kenapa hal-hal seperti di atas bisa terjadi. Sangat panjang kalau harus diurai di sini.

Tapi anehnya, dulu, di level universitas kondisinya agak beda. Ilmu-ilmu sosial dan sastra (untuk jurusan tertentu), sama kerennya dengan ilmu-ilmu sains dan teknologi. Ini bisa dilihat dari passing-grade UMPTN tahun 1990-an dimana jurusan-jurusan seperti Ekonomi Akuntansi, Fisipol HI, Sastra Inggris, Psikologi dll passing-gradenya tidak kalah sama jurusan kedokteran, teknik dll.

Cuma sayangnya, jurusan-jurusan ilmu sosial yang passing-gradenya tinggi itu juga yang masuk banyak anak A1 dari SMA.

Bahkan STAN dimana teman-teman jurusan Akuntansi SMEA saya yang pintar-pintar kuliah di situ, juga anak-anak SMA A1. Sementara, dulu IAIN tidak terlalu banyak anak SMA A1 karena susah tes agamanya.

Sekarang, sebenarnya kondisinya jauh lebih baik. Anak-anak SMA dan kejuruan serta aliyah jauh lebih setara. Demikian juga jurusan di universitas antara eksakta dan sosial lebih setara. Mantan IKIP dan IAIN juga sekarang sama kerennya.

Makanya, semoga tidak ada diskriminasi lagi soal jurusan. Kalau sekedar skala prioritas masih bisa diterima lah. Sekarang ilmu-ilmu saling terkait satu sama lain melalui pendekatan multi dan inter-disipliner

Semoga institusi besar dan bagus seperti LPDP jangan sampai menjadi 'rejim pengetahuan diskriminatif' yang menguak luka lama 'ratapan anak-anak tiri' jurusan-jurusan ilmu sosial, bahasa, pendidikan, agama dll.

Danke schoen

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.