Pendidikan Karakter: Resolusi Pembentukan Karakter Bangsa

Image result for gambar pendidikan karakter
Oleh Khairul Azan, Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis.

Ada perbedaan antara pendidikan di zaman dulu dan sekarang. Meskipun bersifat kaku namun pendidikan zaman dahulu lebih terkesan mampu dalam membentuk manusia yang punya rasa malu. Hadirnya pendidikan membuat perubahan prilaku sebagai bentuk ketinggian moralitas.
Sebandel-bandel siswa zaman dahulu namun sangat hormat dengan para guru. Senakal-nakalnya mahasiswa dahulu namun ketika berhadapan dengan dosen ia selalu menundukan kepala sebagai rasa hormat kepada sang guru.  Sejahat-jahatnya anak zaman dahulu namun tetap tunduk kepada orang tua sebagai orang yang sangat berjasa. Ya, begitulah potret pendidikan zaman dahulu. Meskipun barangkali ini tidak bisa digeneralisasi namun ini adalah fakta yang pernah saya alami.

Tapi sekarang semuanya mulai berubah. Tak jarang kita mendengar berita siswa  melawan guru di sekolah. Mahasiswa tidak lagi takut ketika ketahuan merokok di lingkungan kampus. Seorang anak tak lagi menghormati orang tuanya justru memaki-maki orang tuanya adalah hal biasa.
Siapa sebetulnya yang patut disalahkan? Apa sebenarnya yang salah dengan pendidikan kita? Ya, ini menjadi PR kita bersama dalam memecahkan persoalan pendidikan yang belum maksimal dalam merubah peradaban manusia.

Berdasarkan pengamatan saya salah satunya mengapa prilaku kaum terdidik belum terdidik disebabkan karena pendidikan karakter yang belum dijalankan dengan komit. Komitmen dalam menjalankan pendidikan karakter bukan hanya sebatas formalitas yang tertera dalam kurikulum yang sudah ada namun pemahaman dalam mengimplementasikan pendidikan karakter yang perlu diubah.

Pemahaman menuntut keseriusan dan pemahaman menuntut kejelasan nilai-nilai luhur pendidikan.  Keseriusan dan kejalasan tentang hakikat pendidikan karakter harus tertanam dalam sistem pendidikan. Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter bukan hanya ditujukan bagi siswa saja melainkan juga harus dipahami oleh seluruh stakeholders sekolah (kepala sekolah, guru, orang tua dan masyarakat).

Pendidikan karakter adalah resolusi bobroknya karakter bangsa. Pendidikan karakter secara definisi dapat dipahami sebagai sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari (Ratna, 2004).

Lebih lanjut menurut Lickona (dalam Ratna, 2014) dari sisi prosesnya pendidikan karakter diperoleh melalui campuran antara religi, sastra, adat istiadat, sistem norma dan keseluruhan hasil kebijaksanaan manusia sepanjang sejarahnya, yaitu ilmu pengetahuan dengan berbagai dimensinya.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter itu memuat empat unsur, yaitu: 1) pendidikan karakter merupakan pendidikan yang diselenggarakan secara terintegrasi dengan semua mata pelajaran yang ada disekolah, 2) pendidikan karakter mengarah pada penguatan dan pengembangan prilaku anak secara utuh yang bukan hanya berbasis teoritis namun juga aplikatif.

Selanjutnya, 3) pendidikan karakter yang diselenggarkan haruslah mengarah pada proses pendidikan yang dilakukan secara holistik yang bukan hanya memuat pemahan tentang satu unsur saja namun juga memuat unsur lain dalam kehidupan, 4) keberhasilan pendidikan karakter bukan hanya tanggungjawab sekolah saja melainkan harus menjadi tanggungjawab masyarakat dan juga keluarga.

Adapun tujuan pendidikan karakter di antaranya adalah: 1) Menjadi manusia yang seutuhnya, 2) mengembangkan potensi efektifnya untuk bisa hidup berdampingan dengan orang lain dan taat pada norma yang berlaku, 3) Menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri.

Dari tujuan tersebut terlihat bahwa pendidikan karakter adalah sebuah konsep yang integral baik secara vertikal, horizontal maupun individual. Makna vertikal adalah sikap dan perilaku yang hubungannya dengan Tuhannya.

Adapun horizontal adalah sikap atau perilaku yang berhubungan sesama mansuia. Sedangkan individual adalah sikap dan perilaku yang berhubungan dengan tanggungjawab bagi dirinya sendiri. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus menjadi nafas pendidikan nasional kita

*Sumber gambar: Google






Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.