MENGAPA AKU TAK BERHENTI MENULIS


Oleh Khairul Azan, Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis

Aku adalah pengguna sosial media yang terbilang aktif. Salah satunya facebook sebagai bagian dari hidupku. Menurutku tidak selamanya sosial media itu penuh akan unsur negatif melaikan bisa menjadi positif ketika dipahami fungsinnya secara baik.

Sosial media itu tak ubahnya seperti sebilah pisau yang ketika dimaknai sebagai pemotong buah maka berfungsilah pisau tersebut untuk memotong buah. Namun sebaliknya jika dipahami bahwa pisau adalah untuk membunuh orang maka jadilah fungsi pisau untuk membunuh orang yang berakibat pada hilangnya nyawa seseorang.

Sosial media adalah media untuk berbagi informasi dan pengetahuan. Media untuk mempererat tali silaturahim antara satu dengan lainnya dan sebagai media pembelajaran. Inilah makna positif dari penggunaan sosial media sebagai bagian dari kecanggihan teknologi yang tak bisa dihindarkan. Oleh karena itu sosial media khususnya facebook menjadi bagian yang terhelakkan dalam sibuknya rutinitasku sehari-sehari.

Banyak hal yang dilakukan melalui sosial media, ada yang hanya sekedar refresing otak, menggugah status-status yang bermanfaat sampailah belajar lewat sebuah group atau komunitas. Berbicara group atau komunitas banyak sekali yang saya ikut. Salah satunya adalah group “Dosen Menulis”. Keaktifanku mengikuti atau bergabung dalam berbagai group tersebut tak lain tak bukan hanya bertujuan untuk menambah pertemanan dan wawasan sebagai insan pembelajar.

Dengan adanya group tersebut membuat kita kaya akan pengetahuan dari tulisan yang dipublish oleh teman-teman lain yang kita baca. Salah satunya terkait pengetahuan seputar menulis yang saya temukan dari tulisan salah seorang penulis buku yang sangat produktif. Saya pernah membaca tulisannya dan berhasil membuatku bertanya-tanya dari kasus yang dipaparkan.

Ya, tulisan tersebut singkatnya bercerita tentang sulitnya merangkai kata ketika ingin menulis kembali setelah beberapa hari beristirahat dalam menulis. Dimana kata-kata mulai terkunci dan ide tak kunjung datang. Bahkan ia merasa seperti pertama kali menulis sebagai penulis pemula. Padahal ia adalah seorang penulis produktif.

Ya, kondisi ini barangkali juga dirasakan oleh penulis pada umumnya. Salah satunya kasus yang dipaparkan tersebut juga terjadi pada diri saya. Padahal tidaklah lama saya beristirahat untuk menulis, hanya satu hari. Tapi apa yang terjadi ketika mau menulis kembali sama persis apa yang dirasakan oleh penulis yang saya paparkan di atas juga saya alami. Sulit sekali untuk memulai dari mana. Kata-kata seakan sirna seperti tak pernah terekam dalam benak. Sulit sekali menemukan ide untuk mengembangkan sebuah makna dan lain-lain.

Kenapa itu tejadi? Penyebabnya adalah karena otak kita mulai tak terbiasa. Istirahatnya kita dalam menulis membuat otak mulai malas dan menganggap menulis sebagai sesuatu yang asing. Ia kembali kepada titik nol untuk mencerna tentang apa yang hendak kita tulis. Ia kembali kepada nol tentang kata-kata yang tepat untuk kita tuliskan. Begitulah dampatk ketika kita menulis tidak dilakukan secara konsisten.

Ini adalah realita. Oleh karena itu jika ingin menulis maka paksakan diri untuk terus menulis. Walaupun itu hanya satu paragraf. Setidaknya otak kita tidak lupa tentang kosa kata yang terkumpul dan ide terus berkembang karena otak terus merospon.

Inilah sekilas catatan pribadi tentang pengalaman menulis. Semoga bermanfaat dan menginspirasi para penulis. Aminnn..

*Sumber gambar: Google

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.