Revolusi Mental Pada Pendidikan Tinggi

Image result for revolusi mental di perguruan tinggi
Oleh Khairul Azan, dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis.

Sesuatu yang memilukan datang dari dunia pendidikan khususnya dibidang pendidikan tinggi. Berbagai media baik cetak, elektronik maupun televisi memberitakan tentang pemecatan Rektor disalah satu perguruan tinggi terkemuka di jantung Ibukota. Ya, sebut saja Perguruan Tinggi yang dimaksud adalah Universitas Negeri Jakarta atau sering disingkat dengan sebutan UNJ.

Pemecatan yang dilakukan oleh Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Mohammad Nasir) terhadap Rektor UNJ ini didasari pada temuan penyimpangan dalam proses penyelenggaraan pendidikan di Pascasarjana yang dimiliki. Beberapa temuan tersebut diantaranya adanya tindakan plagiat dari salah seorang mahasiswa program Doktor (Gubernur Sulawesi Utara Non Aktif) dan unsur kebohongan seperti perkuliahan yang tidak wajar diantaranya pemadatan jadwal kuliah, rasio promotor dan mahasiswa yang tidak sebanding serta pemalsuan daftar hadir seperti yang dikutip dari laman GATRAnews tanggal 26 September 2017.

Ketegasan Bapak Mohammad Nasir selaku Menristekdikti patut di apresisasi. Kasus ini bisa menjadi pemecut semangat dari Perguruan Tinggi lainnya untuk mulai merubah diri dari prilaku-prilaku menyimpang yang dilakukan dalam proses penyelengggaraan pendidikan. Karena tidak menutup kemungkinan masih banyak diluar sana perguruan tinggi yang serupa kita temukan.
Disamping itu ketegasan Bapak Menteri juga menjadi angin segar bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia kedepannya yang ditandai dengan lahirnya generasi yang suci. Karena pada hakikatnya pendidikan bukanlah sesuatu yang bisa diperjual belikan dan dipolitisasi.
Pendidikan adalah sesuatu yang suci bagaikan kertas putih tanpa goresan. Hanya saja seringkali para pelaku pendidikan yang tidak bertanggungjawab membuat noda sehingga pendidikan tidak bernilai lagi dimata masyarakat.  Padahal pendidikan itu betujuan untuk menjadikan manusia seutuhnya yang memiliki nilai-nilai positif yang tertanam di dalam diri sehingga melahirkan sifat terpuji, bukan malah sebaliknya kehadiran pendidikan justru membuat mansia semakin cerdas dalam berbuat sesuatu yang keji.

Oleh karena itu berawal dari kasus yang terjadi di Universitas Negeri Jakarta ini maka selayaknyalah kita para pelaku pendidikan mulai membuka mata dan hati. Karena sesuatu yang mustahil karakter bangsa bisa diperbaiki ketika pendidikan saja sudah dinodai. Karena mau tidak mau bahwa kemajuan suatu negara dan karakter bangsa bisa diperbaiki hanya pendidikanlah sebagai faktor kunci.

Revolusi mental di sektor pendidikan tinggi sangatlah dibutuhkan. Revolusi mental terlihat dengan munculnya kesadaran dari para pelaku pendidikan. Pelaku pendidikan bukan saja tertuju pada para pengelola dimasing-masing lembaga pendidikan namun juga diperuntukkan bagi para pelanggan (customer) pendidikan. Salah satunya adalah mahasiswa sebagai row input pendidikan.

Kenapa penulis katakan demikian karena seringkali kita temukan  bahwa, banyak yang bergelar Doktor (tidak semuanya) namun pertanggungjawaban dari gelar Doktornya selalu menyalahi dengan kode etik yang terjadi. Barangkali ini muncul karena motivasi dan pemahaman melanjutkan pendidikan yang bervariasi, dan tidak berada pada jalur yang tepat. Melanjutkan pendidikan seharusnya bukan karena faktor utama untuk kenaikan pangkat atau posisi, pendidikan bukan karena ingin menang gengsi, namun melanjutkan pendidikan karena betul-betul didasari keinginan untuk menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya dengan memaksimalkan fungsi akalnya pada jalur yang tepat untuk menebar nilai kebaikan dimuka bumi. Karena tidak perlu pendidikan tinggi jika cara pandangnya masih sempit dan prilakunya tidak berubah.

Disamping itu bagi unsur pengelola pendidikan, revolusi mental harus terjadi lewat pemahaman tentang jati diri pendidikan secara hakiki. Bahwa hadirnya lembaga pendidikan merupakan wadah untuk melahirkan generasi tangguh dimasa depan. Pendidikan hadir untuk menjawab krisis pemikiran bukan malah sebaliknya. Oleh karena itu bangunan pendidikan harus diarahkan pada pendidikan bagi pegelola dan pendidikan bagi masyarakat.   

Inilah konsep rovolusi mental di bidang pendidikan tinggi yang menulis maksud. Semoga bermanfaat bagi kita semua.   








Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.