Pendidikan: Membangun Berkesadaran
Oleh Dr. Amie Primarni
Sore ini saya punya banyak kesempatan berdialog dengan anak bungsu saya. Dia kelas 1 SMP. Saya mendengarkan saja ceritanya tanpa menghakimi benar atau salah. Saya banyak belajar dari anak saya.
Penuturannya yang membuat saya justru menyadari bahwa hakekat pendidikan sejatinya adalah proses panjang membangun kesadaran dari dalam diri anak, tentang siapa dirinya, siapa orang lain, siapa lingkungannya, sehingga dia bisa menemukan jati dirinya dan mampu beradaptasi dimana dia berada tanpa kehilangan arah.
Contoh saja, kata anak saya. " Mama memang gak pernah nyuruh saya belajar, atau memaksa saya belajar". Tapi.... mama cuma bilang begini. "Kalau kamu gak belajar yang rugi siapa ?". "Aku". " Kalau kamu gak paham, yang rugi siapa ?". "Aku". "Nah, itu kan yang bikin aku jadi mikir".
Membangun kesadaran dari dalam diri anak tidak bisa dilakukan instant. Proses ini dilakukan setiap saat pada moment yang tepat. Semakin banyak kesempatan kita - orangtua dan pendidik - menemukan moment ini semakin memungkinkan membangun kesadaran diri dalam diri anak.
Membangun kesadaran dari dalam diri anak bentuknya bukan nasihat satu arah. Tetapi dialog dimana dalam dialog ini anak mengungkap sendiri penemuannya dari apa yang diserapnya dalam dialog. Saya menyebutnya mengajar tanpa merasa diajari. Jadi upayakan dalam dialog anak menangkap inti pesan, dan mampu menterjemahkannya menjadi perilaku atau sikap.
Ketika anak sudah tahu siapa dirinya. Dia akan mudah mengetahui apa keinginannya. Dan mudah memilih dari banyak pilihan mana yang menunjang keinginannya. Terakhir dia akan mudah mengambil keputusan untuk masa depannya.
Hakekat Pendidikan sejatinya adalah membangun kesadaran dari dalam dirinya tentang siapa dirinya, lingkungan dan tujuan hidupnya yang bermuara dari kesadaran tentang Sang Pencipta.
Keyakinan spiritual, membangun kesadaran diri tentang emosi, intelektual dan fisiknya secara holistik.
Tidak ada komentar