Mendidik Anak Yang Demokratis


Oleh M. Khoirudin dosen UNU Lampung

Setiap orang tua pasti mempunyai pengalaman hidup lebih lama dari pada anak, tetapi apakah bijak jika orang tua selalu mendominasi segala sesuatu yang berkaitan dengan tumbuh kembang seorang anak? Sebuah ketidakadilan apabila orang tua menjalankan perannya secara kemauannya sendiri, tanpa memberikan kesempatan anak untuk menuangkan gagasannya.

Dalam hal ini orang tua mempunyai keinginan, harapan, dan cita cita untuk masa depan anaknya. Akan tetapi tetap tidak bijaksana apabila cara yang dilakukan orang tua kepada anak yang selalu memaksa supaya mengikuti apa yang diinginkan orang tua. Walaupun itu baik, menurut orang tuanya. Mendidik anak secara paksa dan tidak demokratis, sebenarnya itu bertentantangan dengan hak manusia.

Peran orang tua terhadap anak memang harus mengarahkan supaya lebih baik. Namun orang tua dan anak sebaiknya menghindari yang namanya kedudukan, seperti kedudukan sang Raja dan Abdi. Dalam hal ini Raja sebagai bapak dan Abdi sebagai anak, pastinya Raja mempunyai kedudukan yang paling tinggi dibanding Abdi.

Maka harus disadari, jika dalam lingkup keluarga kalau masing masing mempunyai kedudukan, pasti akan menimbulkan jarak antara anak dan orang tua. Sebuah keharusan apabila anak menghormati dan menghargai orang tua, tapi jangan berikan jarak. Supaya hubungan anak dan orang tua tetap harmonis.

Sebuah penghormatan tidak harus diekspresikan dengan bahasa kedudukan, dimana peran orang tualah yang paling tinggi, tapi akan lebih bijak apabila mempunyai sikap yang toleran, adil, dan menumbuhkan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.

Mendidik anak secara demokratis itu perlu dan penting supaya tumbuh kembang seorang anak bisa mandiri, dan terampil. Jangan pernah tersinggung apabila dikritik, dikoreksi, bahkan ditegur anak selama peran orang tua itu kurang benar.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.