MEMAKNAI PENDIDIKAN DARI SISI YANG BERBEDA


Oleh Khairul Azan, dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis, dan komunitas dosen menulis.

Pendidikan merupakan kompas bagi kehidupan manusia dalam membentuk manusia seutuhnya. Layaknya sebuah kapal yang sedang berlayar di laut luas akan terombang ambing ketika tidak ada penunjuk arah kemana kapal akan dibawa. Begitulah pendidikan bagi kehidupan manusia. Manusia sebagai mahluk yang tinggi drajatnya dibandingkan mahluk yang lainnya dengan dibekali akal sebagai kelebihannya dalam memecahkan persoalan dunia dan menjadi hamba yang taat pada Sang Pencipta.

Pendidikan juga layaknya sebuah lentera yang menerangi gelapnya malam karena matahari tak lagi memancarkan cahaya. Pendidikan adalah kehidupan itu sendiri kata Jhon Dewey (1902) dalam buku yang berjudul child and curriculum yang ditulisnya. Tanpa pendidikan kehadiran manusia tidak akan ada artinya. Dengan pendidikan manusia mampu memaksimalkan fungsi akal untuk menjadi mahluk yang terhormat di hadapan Tuhan bukan mahluk yang hina yang selalu berbuat kerusakan dengan mengedepankan nafsu belaka. Tanpa pendidikan manusia berbuat semaunya seperti telah hilang hati nurani dan logika.

Roda zaman yang berputar begitu cepat yang dibuktikan dengan tuntutan globalisasi yang begitu pesat memengaruhi pola pikir manusia dalam memandang segala aspek kehidupan, begitu juga cara kita dalam memandang pendidikan seperti apa baik dari sisi definisi maupun implementatif. Pendidikan bukan hanya sebatas transfer pengetahuan dari yang tua kepada yang muda melainkan saat ini proses pendidikan bisa terjadi dari yang muda kepada yang tua.

Bahasa sederhananya kita bisa belajar sekalipun itu dari anak kecil. Pemikiran ini didasari pada perkembangan teknologi yang menjadi tanda kemajuan sebuah negara. Kehadiran teknologi mengeser paradikma manusia, ibarat sebuah kalimat kalau dulu guru yang menuangkan air ke gelas barulah siswa meminumnya, tapi sekarang itu telah berubah siswanya sudah mampu menuangkan air sendiri ke gelasnya untuk diminum. Begitulah proses pendidikan saat ini. Ini terbentuk karena teknologi telah memberikan ruang kepada manusia dalam memahami dunia dan memecahkan permasalahan di dalamnya dengan berbagai referensi tanpa batas.

Pendidikan berjalan sepanjang kehidupan manusia (long life education) yang tak terbatas karena usia sudah senja. Melainkan sebelum ajal menjemput semua orang punya hak yang sama, sebagaimana pepatah Arab dalam susunan kata yang indah “tuntutlah ilmu dari ayunan sampai keliang lahat”.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.