SINTA DIKTI DAN IRONI RANKING

Oleh Arif Maftuhin

Tulisan ini terpaksa saya buat karena sepertinya tidak ada yang menyuarakan kritik terhadap SINTA. Orang pada ribut untuk mendaftar dan ingin terdaftar di sebuah sistem yang menurut saya "menyedihkan". Para dosen tentu tidak asing dengan web Sinta, salah satu dari program yang katanya disebut "unggulan" oleh Kemenristek Dikti <http://bit.ly/2x71p1j >. SINTA menyebut visinya adalah “Becoming the reference research performance”.

Tahun ini, SINTA mulai digunakan lebih dari sekedar referensi mengenai kinerja riset. Pada malam apresiasi Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-22 di Makassar, nilai yang dihasilkan oleh SINTA digunakan untuk memberikan penghargaan kepada "dosen terbaik" dan "jurnal terbaik". Beberapa waktu kemudian juga beredar rangking universitas "terbaik" versi SINTA. Orang mengira, rangking SINTA itu sahih dan keren.

Bagi saya, ini ironi dan lelucon akademis yang setara dengan kasus doktor abal-abal produksi UNJ itu. Sebuah sistem yang SALAH digunakan sebagai referensi untuk kategori-kategori bergengsi. Mari saya tunjukkan kesalahan SINTA.

Pertama, sebagai sistem yang berambisi menjadi "referensi" kinerja riset, Sinta tidak memiliki data. Skor yang dibuat SINTA itu "ngutang data" ke empat database: Scopus, Google Scholar, INASTI, dan IPI. Itu empat sistem yang kondisinya sama sekali berbeda.

Scopus dikelola secara baik dan profesional. Meski ada kelemahan di sana-sini, data citasi Scopus cukup akurat. Kalau Dikti mau bikin rangking, gunakan sajalah Scopus (saran saya).

Google Scholar, sebaliknya, bukan sistem sitasi yang bisa dipercaya. Google hanya berniat mengindeks naskah akademik seperti ia mengindeks web. Kalau pun ada fitur sitasi, fitur sitasi Google tidak akurat. Ada dua masalah dengan Google Scholar. Pertama, sistem otomatisasinya tidak sahih. Saya mengalami sendiri pada akun saya. Naskah yang bukan milik saya, berkali-kali dihubungkan ke profil saya. Saya hapus, besoknya ditambahkan lagi secara otomatis. Kedua, akurat tidaknya data mengandalkan user. Nah, user nih kadang tidak paham cara membuat profil sitasi. Artikel orang lain yang "suggested" by Google, ia klik sebagai miliknya. Contoh, profil sitasi Jurnal "Anu" yang terbit di Jakarta berisi puluhan artikel yang bukan milik jurnal itu (tentu saja sitasi jurnal itu menjadi ribuan dan rangking SINTAnya melesat tinggi).

INASTI itu database jurnal sains dan tekonologi. Penggunaannya akan berakibat pada "bias data" sains dan teknologi. Jurnal-jurnal seperti al-Jami'ah dan Studia Islamika tidak terindeks. Plus, data terakhirnya adalah 2015 (yang 2016 belum ada).

IPI adalah database yang sudah "mati". Saya sudah submit Jurnal Inklusi dan enam bulan ini tidak ada jawabannya. Saya kontak, email resminya bounching, email Gmail tidak dijawab.

Dengan kondisi database sumber yang seperti itu, lalu datanya dikumpulkan. Dilakukan scoring. Kalau Scopus sekian nilainya, Google Scholar sekian, dst. Nah, SINTA menutup mata terhadap data amburadul itu. Data diimpor tanpa verifikasi. Kalau Anda bikin profil Google Scholar yang salah pun dia tidak peduli. Score Anda adalah apa yang Anda buat. Score SINTA saya lumayan tinggi karena dibantu oleh data Google yang salah.

Dengan dua problem mendasar seperti itu, maka rangking yang dihasilkan Sinta itu "lelucon". Orang disuruh mengacu ke sistem yang sama sekali tidak dapat dipertanggungjawabkan. Jadi, jangan ikut jadi dagelan.

Saya tidak punya akses ke Dikti. Tolong sampaikan kritik ini ke orang yang Anda kenal di sana agar "dagelan" SINTA itu tidak berlanjut.

5 komentar:

  1. Sebagai seorang akademisi yang menilai diri kritis... juga patut disertai dengan etika yang memadai... menjaga perasaan orang lain. Kalimat anda "...lelucon akademis yang setara dengan kasus doktor abal-abal produksi UNJ itu" sungguh membuat saya sangat tersinggung... bukan hanya saya sebagai alumni UNJ tetapi juga saya sebagai pengajar di sana. Apa anda punya data atas pernyataan anda tersebut?

    BalasHapus
  2. Anda Dosen
    Tapi Sayang Omongan Anda Tidak Mencerminkan Seorang Dosen
    Dosen Tidak Akan Menjelekan Suatu Organisasi Walaupun Dia Merasa Tersinggung Atas Organisasi Tersebut.
    Mulut Mu Harimau mu
    Sekarang Anda Boleh Menjelekan Suatu Organisasi, Tapi Liat Nanti
    Apa Yang Anda Omongan Itu
    Akan Menjadi Lelucon Untuk Diri Anda Sendiri

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.