HIDUP BAGAIKAN BUAH MANGGA


Oleh Khairul Azan, dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis

Berbicara motivasi adalah sesuatu yang menyenangkan dan mengasikkan. Kenapa demikian karena dengan memiliki motivasi sebenarnya kesuksesan telah ada didepan mata. Motivasi merupakan bekal awal untuk meraih masa depan yang cerah. Dengan adanya motivasi akan mampu menggerakan akal untuk selalu berfikir tentang suatu tujuan dan menggapainya dengan suatu tindakan. Oleh karena itu kesuksusan kita dalam menjalani hidup dan kehidupan ini bukanlah karena uang yang berlimpah atau jabatan yang dimiliki melainkan dengan adanya dorongan dalam diri untuk selalu berbuat yang terbaik dan terbaik, inilah yang disebut motivasi.

Ada dua sumber motivasi kesuksesan bagi seseorang. Yaitu sering disebut motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Keduanya saling mengisi dan saling melengkapai. Namun perlu digaris bawahi bahwa motivasi dalam diri (instrinsik) perlu dimulai terlebih dahulu. Setelah itu agar motivasi diri tidak cendrung menurun maka carilah motivasi dari luar diri kita (ekstrinsik) agar menjadi inspirasi kehidupan.

Jika ingin menjadi seorang penulis maka selalulah membaca biografi dan karya seorang penulis terkenal. Ketika ingin menjadi guru profesional maka pelajarilah biografi para guru yang menjadi idola kita masing-masing. Ketika ingin menjadi pengusaha terkenal  maka pelajarilah jalan hidup sang bussinessment terkenal. Jika ingin menjadi seorang ilmuan maka pelajarilah cara berfikir sang ilmuan terkenal, begitulah seterusnya. Ini perlu dilakukan seperti tulisan sebelumnya bahwa motivasi itu “seperti ombak dilautan yang cenderung naik turun”. Perlu asupan motivasi dari luar agar motivasi cenderung stabil atau cenderung naik.

Disamping itu kesuksesan seseorang juga ditentukan oleh pengalaman hidupnya yang begitu luas dan menyakitkan. Jadi jangan berfikir jika saat ini kita berada pada masa-masa sulit dan kritis maka kesuksesan tidak berhak kita raih. Ini adalah pemahaman yang keliru. Pengalaman hidup yang pahit dan lika-liku kehidupan seseorang yang berbelit-belit justru sebagai sebuah proses yang mengantarkan kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Kenapa demikian karena dengan getirnya kehidupan yang dirasakan adalah ujian dari Tuhan tentang hakikat sebuah kesuksesan, apakah kita mampu melewatinya.

Begitulah dalam memaknai kesuksesan. Ketika kita mampu melewatinya maka rasa manis kesuksesan satu persatu akan kita rasakan. Seperti memakan buah mangga. Apakah mangga yang manis kita makan saat ini dalam proses pertumbuhannya ujuk-ujuk langsung manis seperti itu saja. Tidak. Tentunya melalui tahapan demi tahapan, proses demi proses. Dari kecil menjadi besar, dari hijau menjadi kuning,  dari tidak ada rasa menjadi rasa asam, dan dari rasa asam menjadi manis.

Inilah kesuksesan dalam menjalani kehidupan, semuanya butuh proses. Sehingga kurang bijak kiranya ketika kita dihadapkan dengan sebuah permasalahan lalu kita menganggap Tuhan tidak adil, Tuhan kemana, dan seterusnya. Padahal tuhan hadir ditengah-tengah kita. Ia adalah guru kehidupan bagi makhluknya yang sedang menjalani ujian kehidupan. Justru Ia sayang kepada kita. Hanya orang-orang yang lulus sajalah yang akan berhak mendapat prediket kesuksesan.  

Namun perlu dicatat karena kesuksesan adalah sebuah proses maka meraih kesuksesan bukanlah sesuatu yang serba instan seperti tukang sulap yang mengatakan “bim salabim maka jadilah”. Tidak seperti itu, dalam menjalani prosesnya butuh kerja keras dan kesabaran tingkat tinggi.Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras dan sabar menjalaninya.

Kerja keras bukan harus selamanya membanting tulang dan waktu yang tidak terbatas sehingga lupa akan pengabdian kepada sang pemilik kesuksesan. Bukan seperti itu. Melainkan karena kita diberikan akal, maka kerja keras bisa dimaknai sebagai kerja cerdas. Apalagi pada saat ini waktu terasa efisien dan efektif karena teknologi yang begitu canggih yang membuat ruang gerak  manusia seolah-olah sudah tanpa batas.Begitu juga dengan kesabaran. Orang yang sabar bukan berarti hanya berpangku tangan melain jemputlah kesempatan yang Tuhan berikan dan yakinlah bahwa ada hari esok yang lebih baik.

Rasa sabar seperti melihat buah mangga yang sedang tumbuh kembang dibatangnya. Namun kerena kerakusan kita, kita ingin memetik dan memakanya meskipun masih berukuran kecil. Apa yang kita dapatkan adalah hanya kekecewaan karena buah mangga tidak memberikan rasa yang sesuai dengan apa yang kita bayangkan. Namun berbeda ketika kita sabar menunggunya dan perjuangan menahan diri untuk tidak memetik dan memakannya akan membuahkan hasil panen yang bisa dimakan bukan hanya untuk kita saja melainkan orang lain akan membelinya karena rasa manis yang begitu menggoda.









Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.