PENDIDIKAN BERBASIS AKADEMIS DAN VOKASIONAL

Oleh Dhanis Woro Fittrin, dosen Departemen Teknik Elektro dan Informatika, Sekolah Vokasi, UGM.

Sampai saat ini, pendidikan berbasis vokasional masih dipandang sebagai second class atau kelas ke dua sedangkan kelas pertamanya adalah pendidikan berbasis akademis atau sarjana. Terlepas dari kualitas dalam hal apa pun, sepertinya kita perlu untuk merenung sebentar untuk menanyakan apa gunanya membuat kelas-kelas tersebut.

Peribahasa mengatakan bersatu kita teguh dan bercerai kita runtuh. Artinya, ketika kita dapat menyatukan komponen bangsa maka kita akan semakin kuat dalam melaksanakan pembangunan dari sisi pendidikan. Dengan demikian, membuat kelas yang dinafasi dengan semangat untuk mendapatkan peringkat lebih tinggi atau merendahkan sudah selayaknya ditepiskan.

Pendidikan berbasis akademis dan vokasional hendaknya dan seharusnya bersinergi. Jika selama ini setiap universitas dan institut diminta melaksanakan penelitian sebanyak-banyaknya maka seharusnya penelitian tersebut dapat diterapkan, terutama untuk membangun kemaslahatan bangsa dan negara. Setelah diterapkan, diperoleh fenomena baru yang apabila perlu dapat diteliti lagi.

Semestinya, pendidikan berbasis akademis dan vokasi bersinergi. Bagaimana pun juga, setiap ide baik perlu dieksekusi secara profesional dan setiap tindakan profesional perlu dikaji dan dievaluasi. Bila diumpamakan sebuah roda, pendidikan berbasis akademis dan vokasi seperti bagian setengah roda. Setiap mereka akan memutar dan terus memutar.

Semangat tersebut penting untuk kita tanamkan kepada mahasiswa kita. Tujuannya adalah agar bangsa kita tidak hanya menjadi bangsa yang kaya ide baik tetapi juga melaksanakan kebaikan itu sendiri. Penelitian tidak hanya berhenti di karya dan paper atau jurnal tetapi juga dapat dirasakan manfaatnya oleh banyak kalangan. Bukankah itu fungsinya pendidikan?

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.