MEMAKNAI PANCASILA: REFLEKSI DIRI DI HARI KEMERDEKAAN


Oleh: Khairul  Azan (Dosen STAIN Bengkalis  &  Ketua  DPD  GAMa  Riau Kabupaten Bengkalis), serta anggota komunitas dosen menulis.

Hari  berganti  hari,  bulan  berganti bulan,  tahun  berganti  tahun.  Tidak terasa  hari  ini  kita kembali memperingati  Hari  Ulang  Tahun (HUT)  Kemerdekaan  Republik Indonesia  (RI)  yang ke  –  72  tahun. 

Sebuah  catatan  sejarah  bahwa Indonesia  telah  mandiri  dengan  di Proklamirkannya  Kemerdekaaan Republik  Indonesia  pada  tanggal  17 Agustus  1945 silam. Perubahan  dan kemajuan  terus  dilakukan  demi mengisi  kemerdekaan  di  Tanah Air yang  kita  cintai  ini  dan  menjawab tuntutan   PANCASILA  sebagai  Dasar Negara.

Singkat kalimat dalam  maknanya, inilah yang terkandung dalam PANCASILA sebagai Dasar Negara yang  bisa  menggetarkan  se-antereo Bangsa  dan  menusuk  merahnya jantung  anak  bangsa  serta  pengikat keragamaan  agama  dan  budaya, dari  Sabang  sampai Merauke  semua bersatu padu dalam  bingkai  Negara Kesatuan Republik Indonesia  (NKRI).

PACASILA  sebagai  ruh  bangsa dengan  lima  sila  di  dalamnya;  1) Ketuhanan  Yang Maha  Esa,  2) Kemanusiaan  yang  Adil  dan Beradab,  3)  Persatuan  Indonesia,  4) Kerakyatan yang  Dipimpin  Oleh Hikmat  Kebijaksanaan  dalam Permusyawaratan/  Perwakilan,  5) Keadilan Sosial  Bagi  Seluruh Rakyat Indonesia. Jika  kita  dalami  kalimat PANCASILA merupakan gabungan dari Lima Sila di dalamnya yang membetuk suatu  sistem supranatural yang  tidak  bisa terlepaskan  antara satu dengan lainnya.

Ke lima sila tersebut menjadi penopang  dalam mewujudkan  NKRI sebagai harga mati dan  Nasionalisme sebagai harga diri.  Sila  demi  sila tertuang di dalamnya yang menghubungkan antara manusia dengan sang pencipta  (vertikal)  dan sesama  manusia (horizontal) dalam mewujudkan Indonesia  Merdeka.  

Sila  pertama:  Ketuhanan  Yang Maha Esa.  Sila  ini  mejelaskan  bahwa  kita semua meyakini  bahwa  Indonesia tidak  akan  merdeka  tanpa  adanya kekuatan  besar  yang  merestui segala  perjungan  anak  bangsa dalam  merebut  jati  diri  sebagai bangsa  yang  mandiri.  Kekuatan tersebut  adalah  Sang  Pencipta  Alam Semesta  (Tuhan  Yang  Maha  Esa).

Sila kedua:  Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Sila ini memberikan isyarat  bahwa Indonesia  tidak  akan merdeka  dan  bangkit  pada  saat  ini ketika  manusia  atau  masyarakat  di dalamnya  tidak  memiliki  jiwa  yang sehat dengan artian selalu berbuat hal positif dan mengedepankan kepentingan bersama bukan keserakahan semata dengan meninggal logika dan naluri positifnya.

Sila ketiga: Persatuan Indonesia. Indonesia  sebagai  negara  yang  kaya akan keragaman  agama  dan budaya. Ini  menjadi  kekuatan  besar dalam mewujudkan Indonesia merdeka sebagai  negara yang  disegani dimata dunia. Perbedaan  yang  ada bukan sebagai pemecah – belah persatuan melainkan pengikat persatuan dan kesatuan bangsa. Layaknya pelangi yang muncul ketika gerimis mengundang ditengah  hari  terlihat indah dari gabungan warna  yang berbeda itulah Indonesia talam bingkat Bhineka  Tunggal  Ika.

Sila keempat: Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan. Sila ini menjelaskan kepada kita bahwa Indonesia Merdeka merupakan  cita- cita bangsa.  Cita  – cita bangsa sebagai  bangsa yang merdeka harus didukung  oleh kepemimpinan yang arif lagi bijaksana yang selalu menempatkan masyarakat/bawahannya sebagai prioritas utama dalam tugas dan amanahnya sebagai pengayom masyarkat bukan sebaliknya. Pemimpin  dalam  hal  ini meliputi lapisan paling  tinggi  (top), menengah (middle) dan  bawah (lower).  Semua lapisan  saling bahu membahu dalam mencapai visi negara bukan saling jatuh-menjatuhkan untuk kepentingan individu atau kelompok semata. Inilah yang  yang  diharapkan oleh bangsa  Indonesia.

Sila kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat  Indonesia.  Ketika sila demi sila di atas  dilaksanakan maka wujudnya adalah akan terciptanya keadilan sosial  bagi seluruh  rakyat Indonesia.

Kehadiran negara bukan sebagai ancaman melainkan sebagai perlindungan bagi masyarakat Indonesia dalam meraih haknya sebagai bangsa yang merdeka. Oleh karena itu  selayaknyalah momentum Hari  Ulang  Tahun   Kemerdekaan  RI yang ke–72 tahun ini  sebagai  ajang intropeksi diri bagi kita sebagai warga negara tentang apa yang perlu kita persiapkan dalam mengisi kemerdekaan, “jangan tanyakan apa yang telah diberikan negara kepadamu  tetapi tanyakan  apa yang telah kamu berikan kepada negaramu”.  Mari ukir prestasi  untuk meraih mimpi  dalam  membangun negeri. DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA Indonesia Kerja  Bersama.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.