Berbagi Ilmu
Oleh M. Khoirudin Dosen UNU Lampung
Qur’an Surat Arrohman sering sekali mengulang arti dari ayat “ nikmat manakah yg kau dustakan”? Harus kita sadari bahwa Allah telah memberikan nikmat yang luar biasa pada setiap hambaNya.
Allah SWT mempunyai sifat Ar Rahman dan Ar Rahiim yakni Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Allah telah memberikan Nikmat pada setiap hambanya tanpa pandang bulu, adil serta bijaksana. Jika pada suatu orang yang belum terkabul Do’anya, yakinlah Allah punya rencana yang lebih baik.
Sungguh nikmat sekali, yang sudah Allah berikan. Lalu apa yang bisa kita berikan kepada sesama? Jawabannya berikan senyuman, karena dengan senyum setidaknya bisa menjaga dari perselisihan, dan pertingkaian. Apakah cukup dengan senyuman saja? Pada tulisan saya kali ini, akan mengkaji nikmatnya berbagi ilmu.
Menuntut Ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Menuntut ilmu hukumnya wajib. Kalau wajib berarti kita harus melakukannya. Ilmu mempunyai arti yang sangat luas, dan bermanfaat bagi diri kita serta orang lain.
Ilmu ibarat cahaya yang menyinari dunia. Bisa kita bayangkan apabila dunia tanpa cahaya? Pasti gelap gulita. Begitu juga kehidupan tanpa ilmu. Rugilah apabila seseorang ketika masih hidup tidak mau menuntut ilmu.
Kenikmatan adalah suatu rasa yang ada dalam jiwa, dan tak bisa digambarkan atau diukur dengan materi bahkan jabatan. Itulah kenikmatan yang sesungguhnya.
Sebut saja namanya Raja, seseorang yang setiap harinya dihabiskan mengabdi dan berbagi untuk anak-anak mengaji dan mengajar di sekolahan swasta. Aktivitas mengajar ia mulai setelah sholat Subuh sampai pukul 06.30 WIB, dan setelah itu ia bersiap siap datang ke sekolah. Ia lalukan tanpa mengenal lelah, karena ada sebuah nikmat ketika berbagi. Hingga suatu ketika ada beberapa murid yang telah hafal Al Qur’an 5 juz, sehingga mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Alangkah indah sekali jika hidup saling berbagi. Ketika manusia dianugerahi fikiran dan hati, keduanya membutuhkan “isi”. Isi yang dimaksud adalah “Ilmu”.
Imam Syafi'i berkata: "Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan akhirat maka hendaklah dengan ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan duanya maka hendaklah dengan ilmu." (Al-Majmu', Imam An-Nawawi). Dengan Ilmu dunia menjadi terang.
Tidak ada komentar