Komunikasi Efektif Antara Dosen dan Mahasiswa
ket. gb.: aspek-aspek dalam komunikasi efektif |
Oleh Khairul Azan, dosen STAIN Bengkalis
& Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis.
Perguruan tinggi
merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa elemen yang saling memperkuat
antara satu dengan lainnya. Dari beberapa elemen yang ada, dosen dan mahasiswa
menjadi elemen utama dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan baik secara
institusi maupun tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa. Secara definsi dosen dapat diartikan sebagai pendidik profesional dan
ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat (UU Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005). Adapun yang
dimaksud dengan mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi
(UU No. 12 tentang Pendidikan Tinggi).
Hubungan antara dosen
dan mahasiswa terjadi melalui interaksi antar kedua belah pihak dalam proses belajar mengajar (PBM). Proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas
sesungguhnya adalah mentransformasikan nilai-nilai kehidupan ke dalam diri
manusia (mahasiswa) yang dikemas dalam bentuk ilmu pengetahuan. Proses
transformasi tersebut betujuan untuk menjadikan manusia seutuhnya sesuai kodrat
dan tanggungjawabnya sebagai mahluk penguasa di muka bumi. Oleh karena itu, agar
proses belajar mengajar berjalan sesuai dengan tujuan di awal, maka sangat
ditentukan oleh pola interaksi antara dosen dan mahasiswa sebagai peserta didik.
Secara pakemnya interaksi yang terjadi dibedakan menjadi dua bentuk yaitu
formal dan non formal.
Secara formal pola interakasi terlihat ketika seorang
dosen menjalankan fungsinya yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan, dan
menilai keberhasilan mahasiswa yang diimplementasikan ketika dosen mengajar di
kelas. Sementara itu secara non formal interaksi yang terjadi melalui komunikasi
yang efektif antara dosen dan mahasiswa. Komunikasi yang efektif dari seorang
dosen terlihat ketika ia mampu merubah prilaku dan adanya perubahan paradigma
mahasiswanya dalam menilai sesuatu ke arah yang lebih baik berdasarkan apa yang
disampaikan oleh dosennya. Mahasiswa merasa mudah memahami dan mencerna materi
yang disampaikan, terbangunnya motivasi belajar dari mahasiswa lewat komunikasi
yang dibangun, merasa nyaman dan tidak bosan ketika mengikuti pembelajaran,
aktif dalam berargumentasi. Karena pada dasarnya komunikasi itu sendiri menurut
Effendi (1993) bertujuan: 1) mengubah sikap, 2) mengubah
opini/pendapat/pandangan, 3) mengubah prilaku, 4) mengubah masyarakat. Sementara
itu dalam sumber yang sama juga disebutkan bahwa fungsi komunikasi di antaranya
adalah: 1) menginformasikan, 2) mendidik, 3) menghibur, 4) dan mempengaruhi.
Melihat tujuan dan
fungsi komunikasi seperti yang dijelaskan di atas maka bisa dikatakan
komunikasi merupakan faktor utama keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Oleh
karena itu dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran, seharusnya komunikasi
juga menjadi poin penting yang perlu diperhatikan bagi seorang dosen. Karena
tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak kita temukan kegagalan pembelajaran
yang disebabkan oleh komunikasi yang tidak efektif antara dosen dengan mahasiswanya.
Bahkan sekelas profesor pun yang keilmuannya tidak diragukan lagi ini juga bisa
terjadi. Seringkali ada yang cerdas secara IQ namun ketika ia berhadapan dengan
mahasiwa sulit untuk berkomunikasi. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman dari
para dosen bagaimana membangun komunikasi yang efektif dengan mahasiswanya.
Secara definisi
komunikasi efektif dapat diartikan bahwa komunikator
dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Dengan
demikian dalam bahasa asing orang menyebutnya “the communication is in tune”,yaitu
kedua belah pihak yang berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang
disampaikan (Mulyana, 2008).
Komunikasi bukanlah
sesuatu yang jauh dari kehidupan manusia, justru sebaliknya. Dari mulai lahir
manusia sudah belajar untuk berkomunikasi seperti tangisan serta ekpresi wajah.
Oleh karena itu komunikasi sesungguhnya merupakan bakat awal yang dimiliki
manusia dalam berinteraksi ketika lahir ke dunia. Sehingga dengan demikian
banyak yang berpandangan bahwa komunikasi tidak perlu dipelajari lagi. Namun
pada kenyataannya, itu sungguh berbeda karena pada dasarnya komunikasi
merupakan sesuatu yang kompleks. Hal ini terjadi karena komunikasi dalam
berinteraksi tidak hanya melibatkan satu orang saja melainkan lebih dari satu
orang dengan karakter dan latar belakang yang berbeda.
Ada beberapa aspek yang
mempengaruhi kemampuan seorang dosen dalam berkomunikasi secara efektif dengan
mahasiswanya, di antaranya: 1) Kejelasan, 2) Ketepatan, 3) Konteks, 4) Alur, 5)
Budaya (Lestari & Maliki, 2003).
1.
Kejelasan
Dalam melakasanakan proses belajar mengajar dikelas seorang dosen harus
mampu menggunakan bahasa yang sederhana dan mengemasnya dengan untaian
kata yang memudahkan mahasiswa mencerna
dan memahami apa yang disampaikan.
2.
Ketepatan
Aspek ini berhubungan dengan penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran
informasi yang disampaikan. Karena seringkali terjadi supaya terlihat lebih
menarik kita menggunakan bahasa-bahasa yang lebih tinggi dan tidak nyambung
dengan materi yang disajikan.
3.
Konteks
Aspek ini berhubungan dengan situasi dan kondisi ketika dosen mengajar di
kelas. Seorang dosen harus jeli melihat situasi dan kondisi mahasiswanya.
Sebagai contoh ketika mengajar pada waktu sore barangkali sebahagian mahasiswa
sudah lelah dan jenuh karena seharian belajar maka komunikasi yang dilakukan
oleh dosen tidak bisa menggunakan bahasa-bahasa yang berat melainkan bahasa
yang ringan dan lebih terkesan humoris yang bisa membangkitkan kembali motivasi
mahasiswa untuk belajar.
4.
Alur
Bahasa yang digunakan
oleh dosen harus tersusun secara jelas dan sistematis agar mahasiswa cepat
memahami dalam menerima informasi. Karena seringkali kita menggunakan bahasa
yang berbelit-belit sementara kesimpulan hanya sedikit saja.
5.
Budaya
Aspek ini berhubungan
dengan tatakrama dan etika dalam berkomunikasi. Meskipun sama-sama manusia
namun antara dosen dan mahasiswa ada garis yang memisahkannya. Garis pemisah
tersebut bertujuan untuk menumbuhkan kewibawaan seorang dosen. Oleh karena itu meskipun harus membangun
komunikasi yang efektif namun bukan
berarti kebablasan, tetaplah berada pada koridornya.
Referensi
1.
DeddyMulyana. (2008). KomunikasiEfektif. Bandung:
PT.RemajaRosdaKarya.
2.
Endang
Lestari G&
Maliki. (2003). Komunikasi yang Efektif.
LembagaAdministrasi Negara. Jakarta.
3.
OnongUchjana
Effendi. (1993), Ilmu, TeoridanFilsafatKomunikasi.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
4.
Undang-Undang
Nomor 12 tentang Pendidikan Tinggi
5.
Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Tidak ada komentar